Kalau Sudah Terjadi Ya Harus Ridho

Kita sebagai manusia tugasnya adalah menyempurnakan niat, menyempurnakan do’a, menyempurnakan ikhtiar, dan menyempurnakan tawakal. Selebihnya Allah yang mengatur hasilnya. Kemudian yang perlu kita ketahui adalah bahwa rukun tawakal itu adalah ikhtiar dan doa, tidak boleh ikhtiar tanpa do’a atau sebaliknya do’a tanpa ikhtiar.

Misalkan covid saat ini, itu sudah menjadi ketentuan atau takdir Allah Ta’ala, kita tidak perlu takut selain beribadah mendekatkan diri kepada Allah. Tidak perlu takut mati karena covid, karena tidak ada covid juga kita pasti akan mati. Covid itu tidak akan menjadi bahaya jika tanpa izin Allah, kematian kita sudah ditetapkan oleh Allah kapan, dimana, dan bagaimana caranya. Kalau kita mati sudah ditetapkan oleh Allah syariatnya melalui covid, maka pasti akan terjadi dan tidak ada satu pun yang bisa menghalangi.

Coba kita perhatikan, ada banyak orang yang mengalami sakit berat tapi tidak meninggal karena sakitnya, ada juga yang tidak sakit tetapi meninggal dengan waktu yang tidak mampu diduga oleh manusia. Bukankah ini menunjukan bahwa semua ada dalam ketetapan Allah dan tidak satu pun yang mampu mengintervensi ketetapan Allah tersebut, maka kita kembali lagi pada tugas kita untuk senantiasa berikhitiar dan berdo’a agar meninggal dalam keadaan khusnul khatimah.

Kalau kita ditimpa sebuah musibah maka harus ridho dengan hal tersebut, misalkan tiba-tiba kepala kita dijatuhi sebuah genteng, yang membuat kepala sakit dan memar atau benjol, maka harus ridho atas musibah yang telah terjadi, kenapa harus ridho? Karena sudah terjadi, kalau pun kita tidak ridho itu tidak akan mengembalikan musibah yang terjadi.

Oleh karena itu, jangan sampai kita mengatakan “coba saja saya tidak pergi, kalau saya tidak keluar rumah tidak akan terjadi apa-apa”, namun yang mesti diucapkan adalah “Ini sudah jadi takdir Allah” (Qodarullah wa maa-syaa-a fa’ala). Istilah lainnya yang gampang dipahami adalah jika nasi sudah menjadi bubur maka tinggal dijadikan bubur ayam, dengan menambahkan kacang, kecap, cakwe, ayam, dan lain-lainya, kemudian dinikmati. Hanya dengan menikmati dan ridho terhadap takdir kita menjadi tenang. Wallahu a’lam bishowab.

(KH. Abdullah Gymnastiar)

_____________________

daaruttauhiid.org