Kisah Ditolaknya Cinta Rasulullah

DAARUTTAUHIID.ORG | Bagi anak-anak muda, cinta ditolak adalah hal kegalauan. Hati terasa terluka, sedih, dan menangis. Hidup kerasa tidak bergairah dan seolah-olah kehilangan makna.

Tetapi jangan risau, sebab hal ini juga dialami juga oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassalam yang juga pernah mengalami penolakan.

Meski disebutkan bahwa nabi Muhammad itu manusia tetapi tidak seperti manusia pada umumnya, atau disebut juga dengan “basyarun lā ka al-basyar”.  Secara  naluriah, beliau tetaplah seorang manusia yang memiliki rasa ketertarikan terhadap perempuan.

Pada saat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam belum menerima risalah kerasulan, beliau tertarik dan menyukai teman masa kecilnya sekaligus sepupunya sendiri, saudari dari Ali bin Abi Thalib, yang bernama Fakhitah binti Abi Thalib bin Hasyim, yang biasa dipanggil Ummu Hani.

Rasa cinta tersebut diutarakan langsung oleh Nabi Muhammad kepada sang paman dengan melamar Fakhitah. Namun, maksud baik tersebut ditolah oleh pamannya Abu Thalib, sebab sang paman hendak menikahkan putrinya dengan seorang pemuda yang berasal dari bani Makhzum bernama Hubairah.

Hubairah sendiri adalah putra saudara ibu Abu Thalib, terkenal dengan kekayaannya, kemampuannya, dan baik pekertinya serta masyhur sebagai penyair sudah lebih dahulu meminang Fakhitah untuk dijadikan istri.

Bani Makhzum sendiri mempunyai peran besar bagi Abi Thalib. Dahulu bani Makhzum biasa menikahkan gadis-gadisnya dengan bani Hasyim, sehingga Abu Thalib mengatakan bahwa orang yang bermuah hati harus dibalas hal yang serupa.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam menerima dengan lapang dada penolakan sang paman serta menerimanya sebagai nasihat bahwa dirinya dinilai belum waktunya membangun serta membina mahligai bahtera rumah tangga.

Fakhitah akhirnya menikah dengan Hubairah bin Amr al-Makhzumi dan dikaruniai empat anak bernama Amr, Ja’dah, Hani’, dan Yusuf. Sehingga ia lebih dikenal dengan nama Ummu Hani’. Meskipun Ummu Hani’ adalah cinta pertama Nabi, namun mereka tidak ditakdirkan hidup bersama seatap dan serumah.

Hingga akhirnya Allah mengirimkan Khadijah binti Khuwailid yang menjadi partner setia dakwah sang Nabi selama 25 tahun, dan satu-satunya istri Rasulullah yang tidak dipoligami. (Arga)