Membangun Silaturrahim dengan Konsep SA

[DAARUTTAUHIID.ORG]- Silaturrahim salah satu perintah dalam islam sebagaimana yang ajarkan dan dilakukan oleh Rasullulah Shallahu ‘alaihi wassalam. Dalam  Islam sendiri menjaga silaturahmi salah satu bentuk ukhuwah Islamiya diantara kaum muslim. Sebagaimana dalam moment idul fitri saling memaafkan dan saling berbagi.

Silaturahmi merupakan salah satu perbuatan umat muslim untuk menyambung tali persaudaraan. Silaturahmi dapat kita lakukan kapan saja, namun amalan ini menjadi salah satu agenda utama saat momen hari raya Idul Fitri atau hari Lebaran.

Memutuskan silaturahim merupakan termasuk dosa besar, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Rosullulah Shallahu ‘alaihi wassalam yang artinya:

Silaturahim memiliki keutamaan yang sangat besar, selain di dunia dan juga kelak di akhirat.  Allah Ta’ala dan Rasulullah menjanjikan pahala yang sangat besar bagi Muslim yang bersilaturahim.

Menjalin silaturahmi sebagai bentuk untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala. Pasalnya saat kita mau menyambung silaturahmi dan memperlakukan manusia dengan baik, berarti kita telah menjalankan perintah Allah Ta’ala. Dalam hadis yang diriwayatkan dari Abu Hurairah ra ia berkata sesungguhnya Rasulullah bersabda:

“Sesungguhnya Allah Ta’ala menciptakan makhluk, hingga apabila Dia selesai dari (menciptakan) mereka, rahim berdiri seraya berkata, ini adalah kedudukan orang yang berlindung dengan-Mu dari memutuskan. Dia berfirman, “Benar, apakah engkau ridha jika Aku menyambung orang yang menyambung engkau dan memutuskan orang yang memutuskan engkau?” Ia menjawab: iya. Dia berfirman: “Itulah untukmu.”

Daarut Tauhiid sebagai salah satu yayasan yang fokus dalam pendidikan, DT mengajarkan tiga konsep atau tips dalam membangun silaturrahim, yaitu tiga SA.

Pertama, saya aman bagimu. Dalam membangun silaturrahim kita harus memberi rasa aman kepada orang lain. Tidak menzdalimin orang lain, dan tidak orang lain terganggu.

Kedua, saya menyenangkan bagimu. Kita dalam berhubungan dengan orang lain mesti berupaya menyenangkan orang lain sesuai dengan kemampuan kita, menyenangkan orang lain bagian dari perbuatan yang baik.

Ketiga, saya bermanfaat bagimu. Sebaik-baik umat manusia di atas muka bumi adalah orang yang memberi manfaat kepada orang lain, tanpa memandang status sosial dan apa pun kedudukannya. Niatnya hanya karena Allah Ta’ala. Allah berfirman:

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS.Ali-Imran: 110).