Meneladani Karakter Entrepreneur Abdurrahman Bin Auf

Dakwah merupakan kewajiban bagi setiap umat Islam. Sebentuk seruan agama yang mempunyai maksud dan tujuan untuk mengubah masyarakat dari satu kondisi ke kondisi lain yang lebih baik dan sejahtera, baik itu lahiriah maupun batiniah. Secara individu maupun kelompok. Agar tujuan tersebut tercapai secara efektif, maka para penggerak dakwah harus mengorganisir segala komponen dakwah secara tepat.

Islam dan Wirausaha

Islam sangat menganjurkan umatnya untuk memiliki sikap kewirausahaan (entrepreneur). Kewirausahaan adalah ilmu, seni, perilaku, sifat, ciri, dan watak. Seorang wirausahawan ialah individu yang memiliki kemampuan dalam mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia nyata secara kreatif. Tujuan besarnya adalah guna menciptakan nilai tambah pada barang atau jasa agar mampu bersaing. Seorang wirausahawan harus berani mengambil resiko, jujur, dan bertanggung jawab sehingga dapat berkontribusi pada kemakmuran individu dan masyarakat.

Nabi Muhammad saw pernah bersabda yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, “Tidaklah seorang (hamba) memakan makanan yang lebih baik dari hasil usaha tangannya (sendiri), dan sungguh Nabi Dawud ‘alaihissalam makan dari hasil usaha tangannya (sendiri).” Dalam sejarah Islam banyak sekali para sahabat yang berwirausaha. Mereka menciptakan konsep dakwah entrepreneur, yang mana kewirausahawan para sahabat saling mendukung dengan kegiatan dakwahnya. Salah satu contoh sahabat nabi yang dengan baik menjalankan konsep ini yaitu Abdurrahman bin Auf.

Abdurrahman Bin Auf

Dikisahkan ketika Abdurrahman bin Auf berangkat hijrah dari Mekah ke Madinah, ia tidak membawa bekal sama sekali. Saat tiba di Madinah, beliau pernah ditawari sebidang kebun kurma dan sebagian harta oleh saudaranya dari kaum Anshar. Namun ia tidak menerima tawaran itu, namun justru minta ditunjukkan jalan menuju pasar.

Realitas sejarah ini sungguh menarik diperhatikan, yang mana Abdurrahman bin Auf lebih memilih mencari kail daripada menerima ikan, sehingga dalam waktu yang tidak beberapa lama ia pun berhasil menjadi seorang entrepreneur yang kaya raya. Kita tahu kendati Abdurrahman bin Auf sangat kaya, namun ia juga sangat dermawan. Abdurrahman bin Auf kerap berdakwah dengan ketulusan. Beliau siap mengorbankan jiwa, harta, dan tenaganya.

Sewaktu peperangan terjadi, tidak sedikit logistik dan perbekalan ia sedekahkan untuk para pejuang. Abdurrahman bin Auf kerap menyediakan berbagai macam perlengkapan senjata dan bekal makanan untuk pasukan Islam. Itulah salah satu contoh bagaimana pengorbanan beliau untuk dakwah.

Businessman yang Taat

Sungguh banyak hal menakjubkan yang ditunjukkan oleh sikap Abrurrahman bin Auf. Ia lebih memilih untuk memulai usaha dari nol daripada menerima pemberian orang lain. Seorang businessman yang sukses seperti Abdurrahman bin Auf patut dijadikan teladan sepanjang zaman. Sikap yang harus ditiru oleh para wirausahawan muslim dari beliau di antaranya sikap berani untuk memulai usaha.

Berdasarkan beberapa realitas yang terjadi di masyarakat, sebagian entrepreneur di masa sekarang masih jauh dari karakter entrepreneur yang ditanamkan oleh Abdurrahman bin Auf. Entrepreneur zaman sekarang lebih cenderung mencari cara instan untuk sukses, sehingga etos kerja menjadi lemah disertai menurunnya akhlak dan nilai-nilai keagamaan. Entrepreneur di zaman sekarang juga banyak yang tidak jujur bahkan cenderung menghalalkan segala cara untuk mencari keuntungan,

Dengan meneladani kemandirian entrepreneur Abdurrahman bin Auf, semoga kita dapat menumbuhkembangkan nilai-nilai entrepreneur kepada generasi muslim. Ditambah dengan pendidikan dan pelatihan sedini mungkin, insya Allah akan tumbuh para pemuda yang bercita-cita menjadi entrepreneur yang berani memulai usaha. Seperti layaknya sahabat Nabi yang mulia ini: Abdurrahman bin Auf.* (Gian)

*disarikan dari Konsep Dakwah Entrepreneur Menurut Abdurrahman Bin Auf oleh Muliana