Menyemai Kepedulian Sosial dengan Sedekah

Manusia tidak pernah lepas dari apa yang disebut sosial. Karena memang manusia itu merupakan makhluk sosial. Yakni makhluk yang memerlukan orang lain, berkomunikasi dengan sesama, bertukar pikiran, tolong-menolong, dan lain sebagainya. Dalam pandangan Islam, seseorang tidak dikatakan sempurna imannya sampai ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri.

Kendati pun pandangan Islam sudah demikian benar, namun kenyataannya masih banyak orang yang kurang peka (bersikap apatis) terhadap permasalahan sosial sekarang ini, sehingga tatanan sosial menjadi kurang seimbang. Akhirnya terjadilah banyak kekacauan seperti pencurian, perampokan, pembunuhan, jual beli manusia, dan lain sebagainya.

Mungkin saja hal ini disebabkan karena faktor kurang pedulinya terhadap permasalahan sosial. Bisa juga pihak pemerintah belum mampu mengentaskan permasalahan pengangguran, atau karena orang miskin kurang memiliki mental positif (mental untuk tidak meminta-minta). Jadi, sangat ironis memang jika sifat apatis terhadap permasalahan sosial itu dimiliki oleh orang Islam.

Di sisi lain, seorang muslim mempunyai karakter dan kewajiban sama besarnya dengan hablum minallah (hubungan dengan Allah/ibadah), yaitu hablum minannas atau hubungan dirinya dengan sesama manusia. Hubungan tersebut merupakan hubungan yang lebih kompleks. Mengapa? Karena hubungan ini terjadi antara pihak yang satu dan lainnya yang bersifat relatif serta penuh dinamika (sarat permasalan).

Dalam hubungannya dengan sesama, seorang muslim mempunyai kewajiban untuk saling peduli. Hal tersebut dapat dimanifestasikan dalam berbagai hal, seperti saling menolong, memberi, mengasihi, dan lain sebagainya. Namun dalam kenyataannya masih banyak muslim yang apatis terhadap tanggung jawab sosial tersebut. Padahal, sejatinya sudah sangat jelas Islam juga mewajibkan tanggung jawan sosial itu yang tercantum dalam al-Quran dan Hadis Nabi.

Sedekah dan Kepedulian
Dapat kita pahami bersama bahwa sedekah merupakan suatu bentuk kepedulian sosial. Kerena dalam sedekah mendidik kita untuk saling memberi, menolong, dan mengasihi sesama. Dalam Islam, tentu sangat dianjurkan untuk peduli terhadap sesama sebagai salah satu wujud habluminallah, yang salah satu bentuknya adalah sedekah. Jadi, sedekah mempunyai arti penting dalan kepedulian sosial.

Sedekah sebagai salah satu bentuk kepedulian sosial sangat dianjurkan dalam Islam. Namun yang perlu dipahami bahwa kepedulian sosial tidak hanya dengan harta, bisa dengan apa pun yang kita punya. Bahkan sekadar berkata baik adalah sedekah yang artinya merupakan suatu bentuk kepedulian sosial. Jika dilandasi dengan niat yang ikhlas, maka Allah akan membalasnya dengan kebaikan, baik di dunia atau pun di akhirat.

Lalu, apa saja bentuk kepedulian yang erat kaitannya dengan sedekah tersebut? Berikut ini beberapa di antaranya:

1. Melepaskan berbagai kesusahan orang mukmin.
Melepaskan kesusahan orang lain sangat luas maknanya, tergantung pada kesusahaan yang diderita oleh saudara seimannya tersebut. Jika saudaranya termasuk orang miskin, sedangkan ia termasuk orang berkecukupan atau kaya, ia harus berusaha menolongnya dengan cara memberikan pekerjaan atau memberikan bantuan sesuai kemampuan.

Jika saudaranya sakit, ia berusaha menolongnya, antara lain dengan membantu memanggilkan dokter atau memberikan bantuan uang ala kadarnya untuk meringankan biaya pengobatannya. Jika saudaranya dililit utang, ia berusaha mencarikan jalan keluar, baik itu dengan memberikan bantuan agar utangnya cepat dilunasi, maupun sekadar memberikan arahan-arahan yang akan membantu saudaranya dalam mengatasi utangnya tersebut.

Orang muslim yang membantu meringankan atau melonggarkan kesusahan saudara seimannya, berarti telah menolong hamba Allah yang sangat disukai oleh-Nya. Allah SWT pun akan memberikan pertolongan serta menyelamatkannya dari berbagai kesusahan, baik ketika di dunia maupun di akhirat nanti. Berbahagialah bagi mereka yang bersedia melepaskan penderitaan sesama orang mukmin karena pada hari kiamat nanti, Allah akan menyelamatkannya.

2. Melonggarkan kesusahan orang lain.
Adakalanya suatu masalah sangat sulit untuk diatasi atau hanya dapat diselesaikan oleh yang bersangkutan. Terhadap masalah seperti ini, seorang mukmin ikut melonggarkannya atau memberikan pandangan dan jalan keluar, meskipun ia sendiri tidak terlibat secara langsung. Bahkan dengan hanya mendengarkan keluhannya saja sudah cukup untuk mengurangi beban yang dihadapi olehnya.

Dengan demikian, melonggarkan kesusahan orang lain haruslah sesuai dengan kemampuan, dan tergantung kepada kesusahan apa yang sedang dialami oleh saudaranya seiman tersebut. Jika mampu meringankan kesusahannya dengan memberikan materi, berilah materi kepadanya. Dengan demikian, kesusahannya dapat berkurang, bahkan dapat teratasi.

Namun jika tidak memiliki materi, berilah saran atau jalan keluar agar masalah yang dihadapinya cepat selesai. Bahkan jika tidak mempunyai ide atau saran, doakanlah agar kesusahannya dapat segera diatasi dengan pertolongan Allah SWT. Termasuk doa paling baik jika mendoakan orang lain dan orang yang didoakan tidak mengetahuinya.

3.  Menutupi aib seorang mukmin serta menjaga orang lain dari berbuat dosa.
Orang mukmin pun harus berusaha menutupi aib saudaranya. Apalagi jika ia tahu orang yang bersangkutan tidak senang kalau aib atau rahasianya diketahui orang lain. Namun demikian, jika aib tersebut berhubungan dengan kejahatan yang dilakukannya, ia tidak boleh menutupinya. Jika hal itu dilakukan, berarti ia telah menolong orang lain dalam hal kejahatan sehingga orang tersebut terhindar dari hukuman. Perbuatan seperti itu sangat dicela dan tidak dibenarkan dalam Islam.

Namun apabila kita melihat suatu kemaksiatan dan sesorang sedang mengerjakannya, maka wajib bersegera untuk mencegah dan menahannya. Jika ia tidak mampu, boleh baginya melaporkannya kepada penguasa jika dikhawatirkan muncul keburukan yang lebih besar.

Terhadap orang yang telah terang-terangan melakukan maksiat, tidaklah perlu ditutup-tutupi. Karena menutup-nutupinya menyebabkan ia melakukan kerusakan dan bebas menganggu serta melanggar, dan akhirnya dapat menarik orang lain untuk melakukan sebagaimana yang ia lakukan.

4.  Allah SWT senantiasa akan menolong hamba-Nya, selagi hamba itu menolong saudaranya.
Jika ditelaah secara seksama, pertolongan yang diberikan seorang mukmin kepada saudaranya, pada hakikatnya adalah menolong dirinya sendiri. Hal ini karena Allah pun akan menolongnya, baik itu di dunia maupun di akhirat selama hamba-Nya mau menolong saudaranya. Dengan kata lain, ia telah menyelamatkan dirinya sendiri dari berbagai kesusahan dunia dan akhirat.

Maka, orang yang suka menolong orang lain, misalnya dengan memberikan bantuan materi, hendaknya tidak merasa khawatir ia akan jatuh miskin atau ditimpa kesusahan. Sebaliknya, dia harus berpikir segala sesuatu yang ia miliki adalah milik Allah SWT. Jika Ia bermaksud mengambilnya, maka harta itu habis. Begitu juga jika Allah bermaksud menambahnya, maka seketika bertambah banyak.

Jadi, jangan pernah ragu bersedekah. Mulai dari yang sifatnya materi atau non materi. Dengan bersedekah, berarti kita telah menyemai bibit-bibit kepedulian sosial yang nantinya akan berbuah keridaan Allah. Insya Allah. (daaruttauhiid)