Nikmat Terasa Saat Tiada

Siapa yang tidak mengenal nilai sebuah nikmat, ia baru akan mengetahui harga nikmat tersebut setelah nikmat itu hilang darinya. Contoh kecilnya misalkan, saat ini kita memiliki mata yang bisa berkedip secara otomatis tanpa digerakkan secara manual oleh kita. Nikmat berkedip ini akan terasa sangat berarti ketika suatu saat mungkin mata kita tidak bisa berkedip, padahal ini adalah nikmat yang sering kita sepelekan karena dianggap kecil dan sederhana.

Begitu pun dengan segala sesuatu yang ada di tubuh kita, kita baru akan merasakan itu nikmat yang besar ketika mulai ada penyakit-penyakit menghinggapi tubuh kita, atau bahkan Allah ambil salah satu bagian dari tubuh kita (naudzubillahi min dzalik). Sangat banyak nikmat dari Allah yang kita dapatkan tetapi kita justru tidak menyadarinya bahwa itu adalah sebuah nikmat. Karena kita menyadari nikmat, maka kita menjadi tidak mensyukurinya. Kemudian kita baru akan sadar dan tahu ketika nikmat tersebut sudah tidak ada.

Begitu pun dengan nikmat adanya orang tua, baru kita akan merasakan itu adalah nikmat ketika orang tua sudah tidak ada bersama kita. Juga nikmat kita berada di lingkungan yang kondusif, yang membuat kita bisa semakin beriman dan dekat kepada Allah. Mungkin sesekali kita akan merasa jenuh, bosan, tetapi kita akan merasakan bahwa itu semua adalah nikmat ketika suatu saat tidak lagi berada di lingkungan tersebut, dimana berbuat maksiat lebih mudah, jauh dari tempat ibadah, tidak ada yang mengingatkan ibadah, dan lain sebagainya. 

وَٱللَّهُ أَخۡرَجَكُم مِّنۢ بُطُونِ أُمَّهَٰتِكُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ شَيۡ‍ٔٗا وَجَعَلَ لَكُمُ ٱلسَّمۡعَ وَٱلۡأَبۡصَٰرَ وَٱلۡأَفۡ‍ِٔدَةَ لَعَلَّكُمۡ تَشۡكُرُونَ

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (Q.S. An-Nahl: 78).

Dengan segala yang Allah telah berikan kepada kita, juga segala sesuatu yang kita bisa rasakan sampai saat ini adalah karena nikmat dan karunia dari Allah Ta’ala. Hanya saja kesalahan kita sering kali tidak menyadari bahwa itu adalah nikmat dari Allah. Jadi jika ada orang yang mengaku menderita dan mengeluh pada dasarnya itu bukanlah karena kurangnya nikmat dari Allah, tetapi kurangnya ia dalam bersyukur kepada Allah Ta’ala atas nikmat yang telah dia dapatkan.

Maka Allah telah mengingatkan kepada kita siapa saja yang bersyukur dengan nikmat sekecil apapun dari Allah, maka Allah akan tambahkan lagi nikmat-nikmat lainnya. Tetapi jika kita sering lalai dan tidak mensyukuri atas nikmat yang telah Allah berikan, maka Allah akan memperingatkan kita dengan azab yang pedih. Boleh jadi kepahitan atau musibah yang menimpa kepada kita adalah upaya Allah yang sedang mengingatkan kita untuk mengingat nikmat-nikmat yang sering kita lupakan dan tidak disyukuri.

وَإِذۡ تَأَذَّنَ رَبُّكُمۡ لَئِن شَكَرۡتُمۡ لَأَزِيدَنَّكُمۡۖ وَلَئِن كَفَرۡتُمۡ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٞ

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (Q.S. Ibrahim: 7)