Pentingnya Mengenalkan Anak pada Allah Sejak Dini
DAARUTTAUHIID.ORG | Mendidik anak bukan hanya soal memberi makan, pakaian, dan pendidikan formal. Lebih dari itu, tugas utama orang tua dalam pandangan Islam adalah menanamkan keimanan sejak dini. Salah satu cara terpentingnya adalah mengenalkan anak kepada Allah yang Maha Sang Pencipta, Pemberi rezeki, dan Pelindung dalam setiap langkah hidup.
Masa kanak-kanak adalah masa pembentukan karakter dan keyakinan. Anak-anak bagaikan kertas putih; apa yang ditulis di atasnya akan membekas hingga dewasa. Karena itu, mengenalkan Allah sejak dini akan menanamkan dasar spiritual yang kuat, sehingga anak tumbuh dengan rasa cinta dan takut kepada-Nya secara seimbang.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menegaskan bahwa peran orang tua sangat menentukan arah keimanan anak.
Mengenalkan Allah tidak harus dengan ancaman tentang dosa atau siksa. Justru, yang utama adalah menanamkan rasa cinta kepada Allah bahwa Dia Maha Pengasih, Maha Penyayang, dan selalu memberi kebaikan.
Anak bisa diajak mengenal Allah melalui hal-hal sederhana, seperti: mengatakan, “Lihat, ini hujan. Allah yang menurunkannya, kita makan, karena Allah memberi rezeki, Allah sayang sama anak yang salat dan jujur.”
Dengan cara seperti ini, anak belajar bahwa Allah dekat, bukan menakutkan. Pengenalan terhadap Allah bisa dimasukkan dalam aktivitas harian tanpa harus menunggu usia tertentu.
Oleh karenanya orang tua dapat membiasakan doa sebelum dan sesudah aktivitas, mengajak anak salat bersama, menceritakan kisah para nabi dengan gaya yang lembut dan menyenangkan, menunjukkan contoh perilaku baik yang sesuai ajaran Islam.
Anak belajar bukan hanya dari kata-kata, tapi juga dari apa yang mereka lihat. Orang tua yang rajin ibadah dan sabar menghadapi ujian akan menjadi teladan hidup tentang makna iman sejati.
Anak yang tumbuh dengan mengenal Allah akan memiliki pondasi kuat dalam menghadapi kehidupan. Ia tidak mudah gelisah, sombong, atau putus asa, karena tahu bahwa segala sesuatu berada dalam genggaman Allah.
Keimanan ini akan menjadi pelita yang membimbing langkahnya, bahkan ketika orang tua sudah tiada. Mengenalkan Allah sejak dini bukan sekadar bagian dari pendidikan agama, tetapi pondasi dari seluruh kehidupan anak. Dengan mengenal Tuhannya, anak belajar bersyukur, berempati, dan bertanggung jawab.
Tugas orang tua bukan membuat anak kaya atau terkenal, tapi memastikan mereka tumbuh menjadi manusia yang mengenal Allah dan hidup dalam ridha-Nya. (Arga)
