Pribadi Sukses dengan Rencana

Ada sebuah ungkapan bahwa gagal merencanakan berarti merencanakan kegagalan. Membuat rencana memang bukan jaminan tujuan pasti tercapai. akan tetapi tidak memiliki rencana tentu akan lebih menjauhkan kita dari tercapainya sebuah tujuan. Membuat rencana saja masih ada kemungkinan gagal, apalagi tidak membuat rencana.

Menyusun rencana merupakan bagian dari pemenuhan kewajiban kita untuk melakukan ikhtiar dalam rangka menjemput takdir terbaik. Bahkan menyusun rencana adalah bentuk dari memaksimalkan ikhtiar. Mengapa disebut memaksimalkan? Karena ikhtiar bisa saja dilakukan tanpa perencanaan yang sering kali dikatakan dengan ungkapan yang penting jalan saja atau bagaimana nanti saja. Ini memang termasuk ikhtiar, akan tetapi belumlah maksimal. Karena ikhtiar masih bisa dimaksimalkan dengan perencanaan yang matang, sehingga setiap langkah yang kita ambil akan menjadi sistematis, efektif, dan terukur. Tidak akan ada energi yang terbuang sia-sia, insya Allah.

Imam Ali Bin Abi Thalib pernah mengungkapkan kalimat yang sangat termasyhur, “Al haqqu bilaa nizham yaghlibuhul baathil bin nizham, artinya kurang lebih kebenaran atau kebaikan yang tidak terorganisir atau terencana akan dikalahkan oleh kebatilan yang terorganisir.

Saudaraku seperti jika kita hendak berpergian ke sebuah kota, maka tentunya sebelum berangkat minimalnya kita akan merencanakan di dalam benak kita bagaimana tahap-tahap untuk mencapai kota tersebut. Dimulai dengan mengingat-ingat kendaraan umum apa yang memiliki trayek ke sana, jika memang hendak menggunakan kendaraan umum. Kemudian menghitung biaya atau ongkos yang akan diperlukan dan seterusnya.

Jika menggunakan kendaraan pribadi pun demikian. Kita akan membayangkan rutenya, termasuk rute alternatif untuk mengantisipasi kemacetan pada rute utama. Kemudian menghitung kebutuhan untuk bahan bakar, makan, dan seterusnya. Disadari atau tidak sebenarnya banyak hal sederhana dalam keseharian kita yang kita lakukan dengan perencanaan sederhana. Apa jadinya jika perjalanan tanpa perencanaan tentulah kita bisa berjalan tak tentu arah, sehingga kita bisa kehabisan energi sebelum mencapai tujuan.

Dalam hal ibadah misalnya, manakala kita hendak salat maka tentu ada perencanaan yang tersusun secara spontan di dalam benak kita. Terpikir hendak salat di awal waktu atau ditunda, di mana tempat wudhu, dan seterusnya, sehingga Islam adalah agama yang mengajarkan perencanaan yang baik. Tidak heran jika yang lebih utama salat di awal waktu di tempat yang sama pula yaitu masjid secara berjamaah dan memakai pakaian bersih dari hadas dan rapi. Karena ini butuh persiapan dan perencanaan.

Masih banyak contoh lainnya yang membuktikan bahwa Allah SWT dan rasul-Nya menghendaki kita untuk hidup dengan perencanaan, termasuk pula dalam hal dakwah. Dakwah akan efektif jika dilakukan dengan perencanaan yang matang. Mulai dari merencanakan materi, pengemasan materi, hingga metode penyampaiannya. Akan lebih jitu lagi jika lengkap pula dengan mempelajari kondisi objek dakwah yang akan kita datangi, sehingga apa yang akan kita sampaikan benar-benar berdampak baik.

Dan yang lebih penting adalah mempersiapkan keadaan hati untuk bisa tulus ikhlas dalam berdakwah agar terhindar dari unsur ria. Jika demikian maka isya Allah dakwah yang dilakukan akan mencapai hasil sesuai yang diharapkan, yakni tercapainya materi dengan baik dan dipahami oleh jamaah.

Dalam lingkungan pekerjaan di kantor atau dalam lingkungan perniagaan, rencana adalah hal yang tidak bisa dilepaskan. Maka tidak heran jika kita sering menemukan ada berbagai macam rapat di dalam perusahaan, mulai dari rapat anggaran, program, hingga rapat evaluasi. Karena apa artinya gerak organisasi perusahaan tanpa perencanaan yang baik.

Rasulullah saw pernah bersabda, “Jika engkau ingin mengerjakan suatu pekerjaan maka pikirkanlah akibatnya. Maka jika perbuatan tersebut baik, ambillah dan jika perbuatan itu jelek maka tinggalkanlah.(HR. Ibnu Mubarak).

Perencanaan tidak pernah bisa lepas dari kesuksesan seseorang. Baik kesuksesan dalam urusan dunia maupun urusan akhirat. Sejarah hidup Rasulullah saw membuktikan hal itu. Betapa setiap keputusan dan tindakan beliau dalam perjuangan selalu diiringi dengan perencanaan yang matang, sehingga dalam waktu yang singkat Islam bisa tersebar ke berbagai penjuru bumi. Semoga kita mampu dan mau meneladaninya. (Gian)