Tetap Menghafal Walau Tinggal di Pengungsian

Palestina adalah tanah yang diberkahi. Terbukti, walau sedang dijajah dan memaksa warganya bermigrasi, penghafal Al-Qur’an seakan tak pernah henti dilahirkan. Qhutaibah Abdul Ghoni Mahmud Sholeh Al Khawaijah (11) dan Hisamuddin Samir Mahmud Yaghi (10) adalah contohnya.

Dua pemuda Palestina ini tinggal di camp di Yordania dengan kondisi yang sangat sederhana. Tidak ada penghangat udara kala cuaca dingin. Tak ada penyejuk saat musim panas. Lingkungan camp mereka juga sulit air.

Kondisi demikian tidak menjadikan mereka jauh dari Al-Qur’an. Diusia dini Qhutaibah sudah hafal 10 juz. Qhutaibah menghafal bersama ibunya yang juga seorang hafidzah. Sebelum menghafal, dibimbing ibunya, Qhutaibah belajar memfasihkan bacaan. Lalu ibunya membaca satu halaman yang kemudian diikuti dirinya.

Hisamuddin (Hisam) pun demikian. Sejak usia 4 tahun ia mulai menghafal AL-Qur’an. Ibu adalah pembimbing pertamanya. Di sekolah, ia menghafal bersama guru.

Mereka bertekad untuk menyelesaikan hafalan mereka hingga 30 juz.

Qhutaibah dan Hisam adalah beberapa murid yang menghafal di Baitul Qur’an yang dibangun DT Peduli di camp pengungsian di Yordania. Selain di Yordania, Baitul Qur’an DT Peduli juga dibuat di berbagai daerah konflik seperti di Myanmar, Gaza, dan Suriah.