Adab dalam Bergaul

Saudaraku, selain hablumminallah (hubungan dengan Allah), hablumminannas (hubungan dengan manusia) juga sangat penting. Oleh karena itu, kita harus memperhatikan adabnya.

Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjing satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang.” (QS. al-Hujurat[49]:12).

Dari ayat ini, dapat kita simpulkan agar sekuat tenaga menjauhi tiga hal, yaitu:

  1. Menjauhi prasangka buruk.

Baik kepada manusia apalagi kepada Allah SWT. Berprasangka buruk pada manusia adalah dosa, sedangkan berprasangka buruk kepada Allah akan mengundang bencana pada kita. Karena Allah sudah memberikan semua kebaikan-Nya kepada kita, baik yang disadari maupun yang tidak kita sadari.

Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda, “Allah SWT berfirman:Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada itu (kumpulan malaikat).’” (Muttafaqun ‘alaih) (HR. Bukhari no. 6970 dan Muslim no. 2675). Jadi bila kita berprasangka buruk kepada Allah, maka keburukan itulah yang akan menimpa kita.

Allah Mahatahu segala isi pikiran kita. Allah pun mengetahui lintasan hati kita dan Ia mendengarkan apa pun yang terucap dari lisan kita. “Dan rahasiakanlah perkataanmu atau lahirkanlah; Sebenarnya Dia Maha Mengetahui segala isi hati.” (QS. al-Mulk [67]: 13).

Saudaraku, mari terus berlatih untuk berprasangka baik kepada Allah SWT dalam keadaan apa pun, seperti halnya Nabi Yunus as. Ketika Nabi Yunus oleh Allah masukkan ke dalam laut, ia mengalami tiga kegelapan yakni gelapnya malam, gelapnya lautan, dan gelapnya perut ikan. Meski terasa berat namun tetap berbaik sangka kepada Allah SWT. Nabi Yunus berdoa, “Tidak ada Tuhan selain Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.” (QS. al-Anbiya [21]: 87).

Begitu pun Allah melarang kita berprasangka buruk pada orang beriman. Kita tidak boleh berprasangka sebelum Allah SWT memberikan fakta. Kalau pun prasangka kita ternyata benar, Allah akan melindungi kita karena kita mematuhi perintah-Nya. Jadi, tak usah takut kita akan terjebak atau tertipu jika kita mematuhi perintah-Nya.

  1. Hindari memata-matai.

Jangan memata-matai dan serba ingin tahu kekurangan, aib, kejelekan, kesalahan orang lain. Karena semakin kita tahu kekurangan orang lain, hanya menjadi beban bagi kita. Dan tanpa kita sadari, kita akan jatuh pada yang ketiga yakni ghibah.

  1. Jangan berghibah.

Ghibah hukumnya sama dengan memakan mayat saudara kita. Sangat hina, keji, dan nista perbuatan orang-orang berghibah. Ghibah adalah mengatakan sesuatu tentang saudara kita yang kalau dia tahu, dia tidak suka. Maka, kita harus berhati-hati sekali dengan ghibah.

Bila kita ingin mengamalkan al-Quran, berarti kita tidak boleh mengolok-olok atau pun memanggil dengan panggilan yang tidak baik. Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah SWT supaya kamu mendapat rahmat.”

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok).” (QS. Al-Hujurat [49]: 10-11)

(MQ Pagi; Ahad, 6 September 2020)