Dahsyatnya Resep Tradisional Indonesia

Jangan remehkan resep tradisonal Indonesia, baik dalam makanan (semisal pepes ikan, bumbu pecel, sambal ulek) atau pun minuman (semisal jamu atau minumal tradional lainnya). Semuanya dahsyat. Mengapa dahsyat? Karena pada makanan dan minuman tersebut terkandung aneka bahan alami yang sangat dibutuhkan tubuh.

Bahkan, apabila kita mengacu kepada bahan-bahan makanan berkhasiat bagi kesehatan sebagaimana ditulis Dr. Mehmet Oz, dalam bukunya Staying Young, makanan Indonesia memiliki semua kandungan itu, bahkan tampaknya jauh lebih lengkap.

***

Ambil contoh keluarga rimpang-rimpangan, semisal kunyit. Selain membantu mencegah penyakit degenerasi, keluarga rimpang (kunyit) dengan kurkuminnya memiliki peran besar dalam mempertahankan kemampuan pembentukan memori pada seseorang.

Bagaimana bisa? Bahan-bahan aktif dalam kunyit memiliki kemampuan untuk memelihara dan membantu kerja neurotransmitter yang disebut asetilkolin dan faktor pertumbuhan serta pemeliharaan sel syaraf (neuron) yang disebut brain derived neurotrophic factor (BDNF).

Kunyit terbukti mampu meningkatkan kadar BDNF. Peningkatan lain dapat terjadi karena adanya konsumsi zat anti depresan alami seperti asam amino triptofan yang banyak terkandung di sayur bayam. Jadi resep Jawa tradisional seperti pecel bayem dan minuman kunir asem terbukti menjadikan otak terjaga dan dapat berperan maksimal.

***

Ada pun tumbuhan rimpang lainnya, semacam temulawak, temugiring, temuhitam, dan cikur (orang Sunda menyebutnya koneng gede, cikur, jahe) mengandung flavoniod dan minyak atsiri. Flavonoid berfungsi meningkatkan sistem imun, sedangkan minyak atsiri menurunkannya apabila terlalu aktif. Itulah mengapa tumbuhan jenis ini disebut sebagai imunomodulator. Artinya, kalau dibutuhkan dia akan meningkat dan kalau kelebihan bisa berkurang.

Temulawak misalnya. Pada kasus kanker, tumbuhan obat ini mampu meningkatkan fungsi ketahanan tubuh, khususnya membantu sistem limfosit (darah putih) untuk menggempur kanker. Akan tetapi, pada rematik, temulawak itu justru menurunkan agar sel-sel pertahanan tubuh tidak menggerogoti sendi-sendi dari tubuhnya sendiri. Jadi, satu benda yang memiliki dua cara kerja yang paradoks akan tetapi bermanfaat.

Sistem kerja semacam ini sulit kita dapatkan dalam obat-obatan kimia buatan pabrik. Dalam obat kimia, efeknya hanya satu atau dua. Obat-obatan kimia lebih menekankan komposisi sehingga hanya terdiri dari beberapa kandungan zat yang dianggap bermanfaat. Obat pusing hanya bisa menghilangkan pusing. Obat darah tinggi diminum untuk menurunkan tekanan darah. Kalau dalam keadaan normal kita minum obat darah tinggi, kita akan mengalami hipotensi.

Hal ini berbeda dengan fitofarmaka, ada banyak senyawa kimia aktif yang saling bekerja sama dan akan efektif digunakan sesuai fungsinya. Temulawak dan saudaranya memiliki puluhan bahkan ratusan senyawa aktif yang satu sama lain saling bekerja sama membentuk TRC (tim reaksi cepat dan tepat). Jadi, ketika dikonsumsi oleh orang yang mengidap komplikasi, misalnya kanker dan rematik, unsur-unsur yang ada di dalamnya akan berbagi tugas. Ada yang mengurusi kanker dan ada pula yang mengurusi rematik.

Terkait hal ini, ada hal menarik dari tumbuhan sirih. Sirih dipercaya sebagai adalah obat anti kanker rahim. Namun, sirih tidak langsung menyerang sel-sel kanker. Biasanya, sel kanker itu berbentuk bulat seperti bakso dan diselubungi selaput lendir, sehingga sel-sel darah putih kita tidak mengenali sel-sel kanker. Nah, sirih itu bertugas menggerus lendir yang menyelubungi sel-sel kanker. Dengan demikian, tampilan asli sel-sel kanker pun dapat terdeteksi sistem pertahanan tubuh.

***

Dalam resep masakan tradisional Indonesia, semua bahan alami tersebut, baik rimpang-rimpangan dan bumbu dapur lainya, saling bersatu membentuk sebuah kekuatan dahsyat di balik nikmatnya masakan.

Kita ambil contoh Pindang Pegaga atau Musi Rawas. Bahan baku utamanya adalah Ikan Patin atau Pangasius Hipoptalmus yang kaya Omega-3, dapat pula diganti dengan bandeng tanpa tulang yang bahkan kadar Omega-3 nya jauh melebihi Salmon. Kurang lebih mencapai 9 gram per 100 gram dagingnya. Pilihan kedua lebih praktis karena terdapat di hampir semua pusat perbelanjaan dan bebas duri, serta aman dikonsumsi oleh anak-anak.

Dr. Oz sangat mendorong konsumsi ikan dan sumber-sumber omega-3 lainnya seperti kenari dan DHA dari Alga. Anjuran beliau adalah 400 gram ikan perminggu. Jika kita menggunakan resep pindang pegaga, maka dalam bumbunya terdapat dalam jumlah masif: kunyit, bawang merah, serai, daun jeruk, dan cabai merah, terasi, serta cung kediro (tomat kecil kaya likopen).

Kunyit kaya kurkumin dan anti oksidan, bawang merah kaya resveratrol, serai dan daun jeruk memiliki kandungan quarcetin tinggi, terasi mengandung tinggi kalium, magnesium, dan natrium yang diperlukan dalam metabolisme sel, dan cabai merah memiliki kandungan kapsaisin. Terakhir cung kediro memiliki likopen dan antosianin tinggi. Bayangkanlah semua itu dipadukan dengan ikan bandeng yang kaya omega-3 dan asam amino triptofan.

Bagaimana cara memasaknya? Kukus ikan bandengan dengan lumuran garam dan irisan halus jahe, setelah ikan tanpa tulang dipotong-potong seukuran 2-3 jari. Semua bumbu dihaluskan dan pergunakanlah air bekas kukusan karena kaya minyak berasam lemak tak jenuh omega-3. Campur bumbu dan potongan ikan bandeng, lalu masak sampai matang.

Setelah itu rasakan kenikmatannya. Jangan lupa awali dengan basmalah, akhiri dengan hamdalah. Insya Allah berkah! (daaruttauhiid)