DT Peduli Sosialisasi Sekolah Aman Bencana ke MTS Assakinah

Lembaga Amil Zakat Nasional (Laznas) DT Peduli, melalui Program Kemanusiaan, menggelar sosialisasi Sokolah Aman Bencana di Madarasah Tsanawiyah Assakinah, Jalan H. Gofur RT.01/RW.07 Tanimulya, Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat, pada Kamis (26/7). Kepala sekolah dan Sivitas Akademik Mts Assakinah, dan dari pihak Yayasan Assakinah, memberikan apresiasi yang tinggi bagi DT Peduli.

“Kami ucapkan terima kasih kepada DT Peduli yang sudah datang ke sekolah kami, untuk memberikan motivasi, dan pemahaman baru tentang bencana alam kepada siswa siswi kami. Semoga ilmu yang diberikannya dapat diterima dengan baik oleh para siswa, sehingga dapat menambah wawasan pengetahuan murid-murid kami. Kami pun sangat terbantu, dalam menyampaikan tata cara menghadapi bencana alam, karena kami pun para pengajar belum mengetahui tentang hal itu,” tutur Muqoddimah, Kepala Sekolah MTS Assakina.

Kegiatan sosialisai tersebut melibatkan 314 Siswa, 17 Guru dan Staf MTS Assakinah, serta 12 Relawan DT Peduli. Riyadi, Manager Program DT Peduli menyampaikan tujuan digelarnya kegiatan tersebut, ialah untuk memberikan edukasi kepada siswa tentang bencana alam gempa bumi.

“Kenapa kami mengkhususkan bencana alam gempa bumi? Karena Sekolah MTS Assakinah ini berjarak lima kilo Meter dengan sesar lembang, yaitu lempengan bumi yang memanjang 29 KM dari Padalarang sampai Cilengkrang, yang dapat menimbulkan gempa bumi hingga likuefaksi,” ungkapnya

Sosialisasi tersebut berisikan 70 persen penyampaikan materi tentang karakteristik bencana alam, management resiko bencana, dan pemahaman tentang sesar lembang. Lalu, 30 persennya praktik atau simulasi dalam menghadapi bencana.

Para siswa diskenariokan sedang belajar di kelas saat terjadi bencana alam gempa bumi, ditandai dengan bunyi sirine yang dihidupkan oleh para Relawan DT Peduli. Mereka tidak hanya berperan sebagai korban, tapi ada juga yang berperan sebagai regu penyelemat. Simulasi tersebut dilakukan di dalam kelas dan lapangan.

Menurut Riyadi, bentuk bangunan kelas yang bertingkat sangat mendukung ketika dijadikan simulasi bencana gempa bumi. Alasannya, karena dapat menjadi rintangan tersendiri para siswa dalam melakukan simulasi ke tempat yang lebih aman. (Sukmara Galih)