Dunia Tidak Selalu Membahagiakan
Dalam kitab Al Hikam bagian enam tentang ‘Carilah Kemuliaan Yang Abadi’, Syaikh Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Atha’illah As-Sakandari menyampaikan,
اذا اَرَدتَ اَنْ يَكُونَ لكَ عِزًّ لاَ يَفْنىَ فَلاَ تَسْتَعِزَّنَّ بِعِزٍّ يُفـْنىٰ
”Jika engkau ingin mendapatkan kemuliaan yang tidak punah/rusak, maka jangan membanggakan/ mencari kemuliaan yang mudah rusak.”
Pada dasarnya manusia memiliki tabiat ingin hidup selalu dalam kebahagiaan dan selalu mencari kebahagiaan, manusia juga pasti menginginkan kemuliaan sehingga segala sesuatu yang dicarinya pasti untuk menyandang kemuliaan, kemudian selanjutnya yang selalu manusia inginkan adalah keselamatan karena tidak ada manusia yang menginginkan celaka dalam hidupnya.
Tapi sayangnya banyak sebagian orang menganggap bahwa kebahagiaan itu datangnya dari dunia, sehingga banyak orang yang saling berlomba-lomba untuk mendapatkan dunia. Tetapi ternyata Allah tidak menciptakan dunia ini untuk kebahagiaan manusia, kecuali hanya bersifat fatamorgana atau fana. Maka dalam beberapa kasus tidak sedikit orang yang kaya dengan harta, semakin kaya justru semakin sulit hidupnya, bahkan semakin lapar hatinya.
Alih-alih ia menikmati rezeki yang ada, justru malah membuat ia semakin tamak, serakah dengan rezeki yang belum ada. Karena sesungguhnya nikmat dunia itu datangnya bukan dari nikmat yang ada, tetapi dari rasa syukur atas yang ada. Selalu merasa cukup dan mensyukuri dengan sesuatu yang ia miliki karena berpikir segala yang ia punya dan ia rasakan adalah atas pemberian Allah Ta’ala, bukan karena upaya ia yang bersusah payah mencari. Jadi orang yang diberikan dunia tetapi ia tidak mempunyai rasa syukur, maka ia tidak akan bisa menikmati kebahagiaan.
اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS. Al-Hadiid: 20)
Allah tidak akan menilai kemuliaan dan memberikan kebahagiaan kepada seseorang melalui kesenangan dunia. Tetapi bukan berarti kita tidak boleh untuk mencari sesuatu yang bersifat duniawi. Kita sangat boleh untuk mencari sesuatu yang bersifat duniawi dengan syarat kita mendapatkannya dengan cara yang halal dan baik, kemudian tujuan kita mendapatkan duniawi adalah untuk menunjang ibadah kepada Allah dan bermalam untuk orang lain. Jangan juga kita menjadikan dunia sebagai orientasi utama kita atau sebagai tujuan utama kita selama hidup di dunia. Karena orang yang hidupnya hanya bertujuan untuk mendapatkan dunia semata, maka sebenarnya ia sedang menghabiskan waktu dalam kesia-siaan.