Harta yang Baik Dikeluarkan Pada Jalan yang Baik
DAARUTTAUHIID.ORG | Suatu hari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam keluar rumah sambil memegang salah satu tangan sahabatnya, Abu Dzar al-Ghifari. Kemudian, beliau bersabda:
“Wahai Abu Dzar, tahukah kamu bahwa di depan kita ada sebuah tanjakan yang sulit dan hanya bisa dilalui oleh orang-orang yang ringan beban?”
Abu Dzar pun bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah saya ini termasuk orang-orang yang ringan atau sarat beban?”
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassalam menjawab dengan pertanyaan:
“Apakah kamu punya makanan untuk hari ini?”
“Ya.”
Rasulullah bertanya lagi, “Untuk besok pagi?”
“Ya,” kemudian ia menjawabnya lagi.
Rasulullah pun kembali bertanya, “Untuk besok lusa?”
“Tidak.”
Kemudian, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassalam mempertegas bahwa:
“Jika kamu memiliki makanan yang cukup untuk tiga hari, maka kamu tergolong orang-orang yang sarat beban.”
Yang dimaksud dengan “tanjakan yang sulit” pada hadis diatas yaitu jalan menuju kebahagiaan akhirat. Adapun yang dimaksud dengan “beban” adalah harta.
Bagi siapa pun punya keinginan untuk menumpuk harta, maka akan membuat dirinya semakin berangan-angan yang berlebihan terhadap dunia. Bahkan sudah terpikir untuk mewariskan harta dengan jumlah yang banyak kepada keturunannya kelak.
Harta yang ditumpuk-tumpuk akan membuat seseorang semakin kikir. Ia menganggap bahwa hartanya akan bertambah dan tidak mau memanfaatkan harta tersebut pada jalan kebaikan.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
“Kami para nabi tidak mewariskan warisan harta kecuali semuanya telah menjadi sedekah” (HR Bukhari).
Tanpa disadari sabagian orang kadang-kadang bertindak layaknya Tuhan. Ingin menentukan pembagian rezeki sesuai dengan keinginan sendiri, jika perlu sampai tujuh keturunan. Hal disebabkan rasa takut yang berlebihan terhadap harta dan keturunan.
Padahal yang terpenting untuk diwariskan kepada anak-anak adalah Pendidikan yang baik. Bukan semata hanya mewariskan harta yang banyak.
Ali bin Abi Thalib pernah menyampaikan:
“Kebaikan itu bukan ada pada banyaknya harta dan anak, tetapi pada banyaknya pendidikan, besarnya kepekaan sosial, dan perasaan terhormat dengan ibadah.”
Oleh karenanya menurut para sahabat Nabi ialah harta yang baik jika memgeluarkan dan memanfaatkan pada jalan kebaikan pula. (Arga)