Kaum Sodom: Pemuja Kepuasan Berakhir Kelam

“Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada mereka: ‘Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorang pun (di dunia ini) sebelummu?’” (QS. al-A’raf [7]: 80)

Sodom adalah kota yang terletak di negeri Ghaur Zagar (yang lebih dikenal dengan nama al-Madain). Kota ini merupakan kota perbatasan yang menggabungkan tiga benua yaitu Asia, Afrika, dan Eropa. Lokasinya yang strategis menjadikan Kota Sodom didiami masyarakat dengan karakter dan latar belakang yang sangat kontras bedanya. Tidak aneh bila di sana ditemukan berbagai kebiasaan dan perilaku tidak baik di luar kemanusiaan. Di antaranya adalah kebiasaan merampok, khianat, dan berbagai budaya vandalisme lain dari hal yang paling kecil seperti beradu kentut tanpa ada rasa malu sampai tindakan mengacau.

Kebatilan penduduk Sodom tidak hanya itu. Bahkan mereka melakukan kemaksiatan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Yaitu budaya memuaskan syahwat kepada sesama jenis, baik itu sukarela maupun terpaksa. Tidak sedikit orang lemah yang menjadi korbannya. Mereka melakukan ini semua untuk bersenang-senang dan melampiaskan kepuasan melalui jalan pemaksaan dan kekerasan. Na’udzubillahi min dzalik.

Suatu hari, datanglah tiga malaikat menemui Nabi Ibrahim di Palestina. Ketiga malaikat itu adalah Jibril, Mikail, dan Israfil. Mereka menyengaja bertamu karena hendak menyampaikan dua kabar, gembira dan sedih. Kabar gembiranya berupa ketetapan yang mengatakan Siti Sarah (walau sudah berusia lanjut dan menopause) akan mengandung dan memiliki anak.

Setelah memberikan kabar gembira itu, mereka lalu menyampaikan tentang Kaum Sodom beserta kejahiliyahannya sehingga harus mendapatkan azab. Lantas Nabi Ibrahim bertanya tentang keponakannya (Luth) yang beliau tempatkan untuk berdakwah di sana. Para malaikat menyampaikan bahwa Nabi Luth beserta orang beriman akan Allah selamatkan atas keimanannya. Setelah pamit kepada Nabi Ibrahim, para malaikat pun pergi ke negeri Sodom  (dalam bentuk laki-laki rupawan) hendak bertamu ke rumah Nabi Luth.

Di rumahnya, Nabi Luth menerima kedatangan para tamu dan mempersilakannya masuk. Nabi Luth sangat kaget dengan kedatangan mereka, karena sadar akan ancaman yang sedang mengintai mereka. Dalam keadaan penuh kekhawatiran, Nabi Luth bersikap tenang dan menjamu mereka dengan jamuan terbaiknya.

Apa yang dikhawatirkan terbukti. Seketika rumah Nabi Luth didatangi banyak orang. Mereka meminta Nabi Luth untuk menyerahkan ketiga tamunya. Sebagai tuan rumah (yang harus memuliakan tamu), Nabi Luth berupaya keras merayu dan mengendalikan mereka dengan berbagai tawaran pengganti.

Walaupun Nabi Luth telah menawarkan berbagai pengganti, mereka tetap tidak ambil peduli dan terus mendesak. Bahkan desakannya semakin lama semakin rentan dan kuat. Dalam kondisi demikian, sang tamu menenangkan Nabi Luth dengan menyampaikan identitas diri, bahwa mereka adalah para malaikat yang diutus Allah untuk mengazab penduduk Sodom. Walau berat, Nabi Luth menerima keputusan Allah sebagai jalan terbaik. Nabi Luth pun berkhidmat mengikuti pesan Allah yang dibawa para tamu tersebut.

Para malaikat lalu memerintahkan Nabi Luth dan orang-orang beriman untuk meninggalkan kota Sodom di penghujung malam, dan memintanya tidak melihat ke belakang. Sesuai waktu yang telah ditentukan, mereka melaksanakan perintah itu, kecuali istrinya. Maka masyarakat Sodom beserta istri Nabi Luth mendapatkan azab Allah berupa hujan batu disertai suara keras dan gempa hebat, yang menyebabkan tanah di atas jungkir-balik. Masya Allah.

Demikianlah akhir hidup masyarakat Sodom. Kehidupan mereka berakhir tragis karena tidak mau mendengarkan dan mengikuti petunjuk Allah dan Rasul-Nya. Tempat tinggal yang mereka huni dan tempati kini, Allah abadikan berupa laut dengan kadar garam yang sangat tinggi dan pekat, sehingga tidak ditemukan satu makhluk hidup pun di dalamnya. Laut inilah yang dunia kenal sekarang dengan sebutan Laut Mati. Semoga kita terhindarkan dari sifat mementingkan kepuasan agar tidak mendapati akhir hidup yang kelam. Wallahu a’lam. (Ustaz Edu)