Kebersamaan Santri Karya Simbol Budaya dan Moto DT

Dzikir, Fikir, Ikhtiar yang menjadi moto Daarut Tauhiid (DT), tidak hanya menjadi ciri khas santri mukim atau akademik yang ada di DT. Direktur Kepesantrenan, Ustaz Fahrudin mengatakan, yang menjadi moto DT lebih teraplikasi pada Santri Karya (Karyawan). Menurutnya, kebersamaan yang kerap ditemui saat Kajian Khusus Santri Karya, sudah melambangkan Moto DT.

“Bukan membandingkan, setiap Santri DT punya cara masing-masing untuk mengaplikasnnya. Kalau dinilai dari kebersamaan, Santri Karya betul-betul mengaplikasikan apa yang ada di DT, termasuk Moto DT,” katanya, pada Senin (2/12).

Moto DT yang sudah dikenal banyak orang, kata ustaz, harus sudah mendarah daging. Baginya, Santri Karya DT harus bisa menjadi pelopor moto tersebut menjadi sebuah karakter. Tidak hanya menjalaninnya sebagai tradisi saja. Namun, harus bisa menularkan pada lingkungan yang lain.

“Kenapa ada pada Santri Karya? Karena Santri Karya yang mengaplikasikan pertama kali. Guru kita Aa Gym yang mencetuskan, diaplikasikan ke Santri Karya, kemudian Santri Karya membuat graind desain untuk ditularkan pada santri akademik, santri yang bermukim, juga program yang lain,” ujarnya.
Menurutnya, Santri Karya DT berpeluang menyebarluaskan Moto DT. Hal ini dilihat dari loyalitas santri terhadap pekerjaannya.

“Loyalitas Santri Karya gak usah diragukan lagi, mereka yang paling berpeluang menyebarluaskan apa yang ada di DT. Kalau Santri Karya ikhwan, dan sudah berumah tangga, sangat memungkinkan mengaplikasikan apa yang ada di DT pada keluarga dan sanak saudaranya. Kemudian jika akhwat, dan sudah berumah tangga, bisa memberikan arahan secara mendalam tentang apa yang ada di DT, baik dari moto sampai ke Budaya DT,” jelas Ustaz Fahrudin. (Elga)