Kepedulian, Ciri Haji Mabrur

Hajat besar kedua kaum muslimin akan segera hadir. Memberikan sejuta asa dan juga kemenangan. Hajat kedua kaum muslimin itu adalah ibadah haji, sedangkan hajat pertamanya adalah saum Ramadan.

Ibadah haji adalah rukun terakhir di dalam rukun Islam. Ibadah ini hanya dapat dilakukan oleh orang-orang tertentu saja. Yaitu orang yang mampu secara ilmu, materi (uang), dan juga fisik. Jika ketiganya sudah klop, maka tinggal menunggu panggilan saja dari Allah SWT. Namun, tidak sedikit yang ketiganya sudah terpenuhi tak kunjung mendapat panggilan. Mungkin sudah nasib kali ya?!

Menggapai Haji Mabrur
Seorang teman pernah menyampaikan dalam suatu ceramahnya, ada tiga penyebab orang pergi haji, yaitu nasab, nishob, dan karena nasib. Karena nasab maksudnya karena keturunan orang kaya. Nishob maksudnya karena harta yang telah usahakannya sudah mencukupi untuk biaya pergi haji. Sedangkan nasib, kita pasti sudah tahu sendiri.

Namun, jenis apa pun yang menyebabkan orang pergi haji, semuanya pasti berharap ingin menjadi haji mabrur. Bahkan siapa pun sangat berharap mendapatkan pahala seperti orang yang hajinya mabrur, meski belum pernah berhaji.

Seorang khatib pada ceramah Idul Adha pernah menyampaikan kisah yang sangat menarik berkaitan dengan haji mabrur. Dalam ceramahnya ia mengatakan bahwa ada seorang syekh (ulama) yang tertidur lalu bermimpi. Dalam mimpinya ia kaget karena semua jamaah haji tahun itu ditolak hajinya. Tetapi, akhirnya Allah menerima sebagian di antaranya berkat diterimanya haji seorang penjahit.

Setelah ditelusuri olehnya, akhirnya ia bertemu dengan seorang penjahit di negeri Iran. Penjahit ini batal pergi haji pada tahun itu karena uangnya disedekahkan pada tetangganya yang kelaparan. Meski penjahit itu telah batal melaksanakan ibadah haji, namun ternyata Allah berkenan menerima ibadah hajinya.

Tentu tidak ada perintah agar kita melakukan sesuatu seperti yang telah dilakukan si penjahit yang hajinya mabrur. Walaupun sebenarnya, itu memang sangat layak dilakukan oleh kita yang telah pergi haji berkali-kali. Tetapi, setidaknya kita bisa memetik sedikit hikmah dari kisah tersebut.

Ciri haji mabrur tidak hanya terletak pada perubahan perilaku saja. Tetapi juga berdampak pada lingkungan sosial kita. Maksudnya, orang yang hajinya mabrur, tentu akan makin peduli kepada saudara-saudaranya yang kurang mampu. Sanes kitu Kang Haji? (daaruttauhiid)