Lakukan lalu Lupakan

Sering kita mendengar dan meminta untuk berbuat baik serta beramal saleh. Hal ini selalu diulang-ulang di setiap hari. Bahkan ketika berada di Masjid Daarut Tauhiid (DT) pun, ketika kita mendengar ceramah dan kajian. Nasihat selalu berbuat baik selalu disampaikan, serta tidak lelah disampaikan kepada jamaah.

Tapi tahukah kita, bahwa KH. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) selalu berkata, “Lakukan dan lupakan.” Ajakan ini tidak hanya disampaikan kepada jamaah, tapi seluruh sivitas DT. Kekhawatiran Aa Gym bahwa setiap orang beramal saleh hanya untuk dipuji dan dianggap baik. Jika pengakuan manusia yang dicari, lelahnya tidak bernilai kebaikan. Padahal menurutnya semua yang dilakukan harus karena Allah Ta’alla.

Sebagai panutan dalam kebaikan, Rasulullah saw pernah bersabda:

وَمَنْ أَتَى إِلَيْكُمْ مَعْرُوفًا فَكَافِئُوهُ فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا مَا تُكَافِئُونَهُ فَادْعُوا لَهُ حَتَّى تَعْلَمُوا أَنْ قَدْ كَافَأْتُمُوهُ

Artinya: “Dan barang siapa yang berbuat baik kepada kalian maka balaslah (kebaikannya) dengan kebaikan yang setimpal dan jika kalian tidak mendapat sesuatu untuk membalasnya kebaikannya maka berdoalah untuknya sampai kalian merasa telah membalas kebaikannya.” (HR. Ahmad).

Dari hadis ini, kita diajak selalu berbuat baik tanpa syarat. Tidak terlalu meminta pengakuan atas kebaikan kita. Jika sudah berbuat, cepat lupakan. Dalam artian, tidak ada harapan untuk dibalas kebaikan kita. Karena kebaikan yang dilakukan insya Allah kembali kepada kita.

Dua Hal Jitu

Penyakit kita yang sering menjangkiti adalah haus pengakuan dan pujian dari orang lain, sehingga ingin sekali kebaikannya dibalas. Niat yang tidak ikhlas dan salah niat membuat kebaikan itu jadi percuma dan melelahkan diri sendiri.

Ada dua hal yang Aa Gym senantiasa ingatkan ketika melakukan kebaikan. Karena dari dua hal ini, amalan dari lakukan dan lupakan dapat diterapkan, yaitu:

  1. Lupakan kesalahan orang tapi ingat selalu kebaikan orang kepada kita.
  2. Ingat selalu kesalahan kita kepada orang lain, dan selalu ingat kebaikan orang lain kepada kita.

Mudah diucapkan dan ditulis, namun sangat sulit dilakukan. Karena begitu sifat manusia, tidak bisa mengendalikan keinginan akan pujian dan sejenisnya. Dari dua hal itu jika diterapkan akan berdampak signifikan untuk kebaikan, yakni hanya berharap balasan dari Allah SWT.

Hal ini dapat kita cermati dari firman-Nya:

إِنْ أَحْسَنتُمْ أَحْسَنتُمْ لِأَنفُسِكُمْ ۖ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا ۚ فَإِذَا جَآءَ وَعْدُ ٱلْءَاخِرَةِ لِيَسُۥٓـُٔوا۟ وُجُوهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا۟ ٱلْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوهُ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَلِيُتَبِّرُوا۟ مَا عَلَوْا۟ تَتْبِيرًا

Artinya: Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam masjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai. (QS. al-Isra [17]: 7).

Lakukan dua hal jitu ini dalam perilaku sehari-hari. Selalu resapi dan diasah oleh kita. Berusaha menjadi pribadi yang hanya berharap kepada Allah, dan yakin yang berhak membalas kebaikan hanyalah Allah. (Eko)

ket: ilustrasi foto diambil saat sebelum pandemi