Pentingnya Dakwah dengan Tulisan

Daarut Tauhiid (DT) sebagai lembaga dakwah senantiasa mengembangkan metode dalam kegiatan dakwahnya. Berbagai media digunakan untuk menjawab tantangan dakwah dari masa ke masa. Salah satu media yang digunakan yakni melalui tulisan.

KH. Abdullah Gymnastiar atau Aa Gym sebagai pendiri DT pun seorang penulis buku. Hal ini terbukti dari berbagai karyanya, mulai dari buku saku hingga buku berjilid. Buku karya beliau merupakan ringkasan materi dari tausiyahnya yang dikemas dengan bahasa populer, sehingga dapat dinikmati oleh siapa saja dan di mana saja. Materinya pun ringan dan mudah dipahami, persis dengan metode ceramah yang biasa diterapkan Aa Gym di DT.

Berdakwah melalui tulisan menjadi penting terkait situasi pandemi saat ini. Karena perkumpulan dibatasi, sehingga untuk memperkuat strategi dakwah maka diperlukan dakwah dengan tulisan. DT sebagai lembaga dakwah saat ini pun terus berinovasi dalam dakwahnya.

Selain menerbitkan buku karya Aa Gym dan tim assatidz DT melalui Emqies/MQS Publishing, kini DT juga menyediakan bacaan islami berupa artikel di situs resminya daaruttauhiid.org. Siapa pun bisa terus menambah wawasan keislamannya dengan mudah. Bisa dengan membaca buku atau artikel secara online.

Tulisan sebagai Media Dakwah

Berdakwah dengan tulisan dikenal pula dengan istilah dakwah bil kitabah, atau sering didentikkan dengan dakwah bil qalam atau dakwah menggunakan pena. Kata “Qalam” merujuk pada firman Allah SWT:

ن ۚ وَالْقَلَمِ وَمَا يَسْطُرُونَ

Artinya: “Nun, demi pena dan apa yang mereka tuliskan.” (QS. al-Qalam [68]: 1).

Rasulullah saw memotivasi umatnya untuk pandai menulis. Hal ini dikarenakan peradaban Islam membuktikan bahwa menulis merupakan salah satu media dakwah yang mangkus dan sangkil. Sifatnya tidak dibatasi oleh waktu serta dapat menjangkau wilayah yang luas serta terjamin keakuratan isi dakwahnya.

Para ulama dan cendekiawan muslim telah menerapkan menulis sebagai tradisi, sehingga karya dan ilmu mereka dapat dirasakan oleh generasi zaman ini. Imam al-Ghazali misalnya, beliau telah wafat pada tahun 1111 tetapi karya tulisannya masih membersamai kita hingga saat ini. Tulisan beliau telah mengikat erat namanya sehingga tetap hidup dan terus berkembang.

Siapa pun Bisa Berdakwah

Bila berdakwah melalui lisan/berceramah seseorang harus menjadi ustaz atau minimal publik figure, maka berdakwah melalui tulisan sangat berbeda. Siapa pun bisa berdakwah melalui tulisan. Karena perkembangan teknologi, saat ini hampir semua orang memiliki media sosial (medsos). Siapa pun bisa menjadikan medsos sebagai ajang berekspresi dan menjadikannya media dakwah.

Tidak sedikit kita melihat tulisan inspiratif dari seorang pengguna medsos yang sebelumnya tidak dikenal. Atau pernah membaca tulisan singkat sahabat kita di medsos dan kita merasa termotivasi olehnya. Berdakwah melalui tulisan sangat mudah dilakukan oleh siapa pun. Manfaatnya juga bisa dirasakan lebih lama karena ia terekam, tercatat, dan usianya bisa lebih panjang dari usia penulisnya. (Ana)