Memahami Etika Berdemokrasi

Banyak masyarakat saat ini mengetahui banyak ilmu, namun implementasi mereka sebagai warga berbangsa dan bernegara dapat dikatakan belum cukup baik. Indonesia memang sudah cukup lama menganut sistem semokrasi. Namun, apakah pelaksanaan demokrasi di Indonesia sudah berjalan dengan baik? Apa yang seharusnya kita lakukan untuk mendobrak demokrasi agar dapat menuju masyarakat madani?

Adab dan Ilmu

Ibnul Mubarak berkata,  “Kami mempelajari masalah adab itu selama 30 tahun, sedangkan mempelajari ilmu selama 20 tahun.” Ulama yang terkenal dengan kejuhudannya ini, hendak mengatakan bahwa mempelajari adab merupakan pondasi agar mudah memahami ilmu. Karena jika mudah memahami ilmu, pasti memiliki etika yang baik. Jadi, pelajarilah adab sebelum mempelajari suatu ilmu.

Prinsip yang sama juga berlaku ketika mempersoalkan penerapan demokrasi. Jika tidak disertai dengan etika berkebangsaan dan bernegara yang baik, maka pelaksanaan demokrasi hanya “membunuh bangsa” yang menganutnya. Apalagi ada sebagian masyarakat yang keliru, yakni memahami makna demokrasi sebagai suatu kebebasan tanpa batas. Padahal tidak seperti itu.

Kebebasan dalam demokrasi terkait dengan kebebasan berpendapat dan saling menghormati dalam mengeluarkan pendapat. Jadi, dalam demokrasi kita patut memperhatikan etika. Baik itu pada saat berbicara maupun pada saat bertindak. Jangan sampai kita kebablasan dalam menjalani demokrasi. Contoh, mengkritik sesuatu hal merupakan hal yang lumrah. Tapi, jangan sampai kata-kata yang digunakan menyinggung perasaan orang lain, karena akan berdampak tidak baik. Disinilah esensi etika dalam berdemokrasi yang baik.

Etika Berdemokrasi

Sikap menjunjung tinggi nilai etika dalam berdemokrasi adalah hal mulia. Sikap etik itu akan menjadi cerminan bagi masyarakat sebagai bentuk keteladanan. Karenanya, menjaga etika merupakan hal penting dalam demokrasi.

Demokrasi tidak hanya bertujuan menciptakan kebebasan mengeluarkan pendapat, melainkan perlu mempertimbangkan nilai-nilai kemanusiaan (humanistik). Etika harus jadi pedoman dan orientasi dalam pengambilan keputusan, kegiatan, dan tindak tanduk manusia dalam menjalani demokrasi.

Maraknya aksi protes yang seringkali mengabaikan etika, menujukkan demokrasi di negara ini masih perlu dievaluasi. Apalagi pada masyarakat yang masih buta terhadap demokrasi, ideoleogi ini dianggap melunturkan budayanya. Padahal, jika demokrasi diterapkan dengan memperhatikan etika, demokrasi dapat mengantarkan suatu bangsa menjadi sejahtera, makmur, harmonis, dan lebih beradab.

Memahami pentingnya etika berdemokrasi, dapat mencegah terjadinya fenomena ‘tersesat di jalan demokrasi’. Etika dalam demokrasi juga bisa menghindari perpecahan yang banyak mendatangkan kerugian. Sebagaimana firman Allah SWT, “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang  yang bersaudara.” (QS. Ali Imran [3]: 103)

Oleh karenanya, kita patut memperhatikan etika dalam berdemokrasi . Etika bukan hanya tentang peraturan dan tatanan formalitas belaka, tetapi menjadi falsafat hidup yang tertanam dalam jiwa sehingga membentuk karakter yang baik. Karakter yang menghasilkan perilaku-perilaku yang tangguh dengan tidak mengedepankan egoisme. Semoga kita semakin bijak dalam berdemokrasi. Wallahu ‘alam bishawab.

Oleh: Ranti Rahma Daniati, sumber foto : deviantart.com/hariprasetyo