Sidang Agung: Musyawarah Menetapkan Ajaran yang Diterima Negara

“Hai Ahli Kitab, mengapa kamu mengingkari ayat-ayat Allah, padahal kamu mengetahui (kebenarannya). Hai Ahli Kitab, mengapa kamu mencampur adukkan yang hak dengan yang bathil, dan menyembunyikan kebenaran, padahal kamu mengetahui?”. (QS ali-Imran/3: 70-71).

Perjalanan risalah Nabi Isa a.s. berikutnya bercabang menjadi dua ajaran. Kedua ajaran ini berselisih paham dan mencapai puncaknya. Ajaran pertama diusung oleh Arius sedangkan yang kedua oleh Alexander. Arius adalah salah seorang murid utama Lucian (berbangsa Libya) yang memiliki kedudukan sebagai Ketua Majelis Agama di Baucalis Alexandria (merupakan majelis tertua dan terpenting di kota itu pada tahun 318 M). Sedangkan Alexander adalah seorang Saint (orang suci) yang berasal dari daerah  Alexandria.

Pada masa ini, Romawi sedang dirajai oleh Kaisar Konstantin (303-337 M). Sang raja merasa resah karena menghadapi beberapa kelompok yang berusaha memerdekakan diri dari kekuasaannya. Rasa resah sang raja kian memuncak dengan adanya perselisihan paham yang membuat kondisi kekuatan imperium Romawi lemah.

Kaisar Konstantin harus segera mengambil sikap. Ia selanjutnya mengundang para uskup dari berbagai wilayah untuk berkumpul di sebuah kota bernama Nicea (yang sekarang dikenal dengan nama Iznik, berada di negara Turki) pada tahun 325 M. Skenario ini sengaja dilakukan sang raja untuk mengakhiri perselisihan melalui sidang agung.

Dalam sidang agung ini, Arius diminta untuk mengemukakan pandangannya terlebih dahulu. Arius melaksanakannya. Ia selanjutnya  menyampaikan pandangan pahamnya bahwa Allah adalah Dzat Yang Esa. Dan selain Allah adalah makhluk, yaitu pihak yang keberadaannya diawali dengan tidak ada dan untuk bisa ada membutuhkan pihak lain yang mengadakannya. Dengan demikian, Nabi Isa a.s. menurutnya bukanlah tuhan (sebagaimana yang diimani oleh kubu Alexander) dengan alasan bahwa sebelum Nabi Isa a.s. lahir ke dunia maka ia diawali dengan ketiadaan dan membutuhkan pihak lain yang mengadakan. Oleh karena keberadaan Nabi Isa a.s. baru maka ia tidak akan pernah bisa sama dengan yang mengadakannya. Dan akal siapapun (menurutnya) bila berpikir jernih maka akalnya tidak akan bisa menerima bila ia bisa menjadi tuhan atau sama keadaannya dengan tuhan.

Alexander marah. Ia menolak habis-habisan pendapat Arius. Ia mengatakan bahwa Nabi Isa a.s. (yang selanjutnya dikenal dengan nama Yesus) bukanlah anak dari siapapun. Ia adalah anak Allah (yang berikutnya dikenal dengan istilah tuhan bapa). Walaupun keberadaannya tidak seawal tuhan bapa namun menurutnya bisa sehakikat dengan tuhan bapa atas kuasa tuhan bapa karena ia adalah anaknya.

Perdebatan terus bergulir. Semuanya sama-sama mempertahankan pendapat dan pemahamannya masing-masing. Dan sang kaisar harus bertindak tegas untuk mengakhiri perselisihan ini.

Setelah ditimang dengan seksama, Kaisar Konstantin mengambil sikap. Maka, ia meminta kepada seluruh yang hadir untuk memilih pendapat mana yang mereka setujui. Atas ketetapan itu, dominasi suara mengarah kepada Alexander. Maka selanjutnya, sang kaisar membuat keputusan bahwa pendapat dan pemahaman Alexander dinyatakan benar sedangkan pendapat Arius salah. Dan selanjutnya Arius harus menerimanya. Bila tidak, Arius akan dinyatakan salah dan akan divonis melakukan makar pembangkangan.

Arius mengakui bahwa kaisar memiliki kewenangan untuk memutuskan. Namun, ia tidak bisa begitu saja merubah pendapat dan pemahamannya. Dengan penuh hormat, Arius menolak keputusan itu.

Kaisar Konstantin bertindak tegas dan memaksakan Arius untuk menerimanya sukarela ataupun terpaksa. Oleh karena Arius tetap bersikukuh dengan pendiriannya, sang kaisasr pun menangkapnya (beserta seluruh pendukungnya). Untuk mengawal keputusan ini, Kaisar Konstantin selanjutnya melembagakan semua tempat ibadah secara formal dan hierarkis yang diawasi langsung olehnya. Dan semua buku pegangan (karya) Arius dimusnahkan.

Selanjutnya kaisar Konstantin membuat kebijakan Edict of Milano yang berisi kesempatan kepada para uskup dan pendeta untuk menjabat di pemerintahan Romawi. Dan dari sinilah awal mula munculnya Romawi menjadi kekaisaran agama dengan Nasrani menjadi ideologi hidupnya. Wallahu a’lam.

Oleh : Ustadz Edu, sumber foto : deviantart.com/silver-stock