Mengupas Sejarah Pengurbanan Ismail

Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku seorang anak yang termasuk orang yang saleh, maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar. Maka tatkala anak itu sampai pada umur sanggup berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: ‘Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!’ ia menjawab: ‘Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.’ Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipisnya, nyatalah kesabaran keduanya. Dan Kami panggillah dia: ‘Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu. Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.’ Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu pujian yang baik di kalangan orang-orang yang datang kemudian, yaitu ‘Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim’. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.” (QS. ash-Shaffat [37]: 100-111).

Kesabaran Ibrahim berdoa agar dikaruniai putra yang saleh, akhirnya berbuah dengan lahirnya putra Hajar yang diberi nama Ismail. Ismail diambil dari permohonan Ibrahim setiap sesudah berdoa beliau mengucapkan “Isma’ Eliy”, dengarkanlah doaku wahai Tuhanku. Sebelumnya sudah memperoleh wahyu bahwa anak yang akan lahir itu sangat penyabar. Kesabaran, ketabahan, dan kelapangan dada tampak di kala sudah remaja.

Lima belas tahun kemudian lahir lagi seorang putra yang diberi nama Ishaq, dari istrinya yang pertama Sarah. Ismail dilahirkan ketika Ibrahim berumur 86 tahun, dan Ishaq lahir ketika umurnya mencapai 99 tahun. Ini satu riwayat, karena ada riwayat lain yang berbeda.

Tetapi setelah Ismail mencapai masa dewasa, Ibrahim mengunjungi keluarganya Hajar sebelum menikah. Maka, datanglah ujian besar dan berat kepada dua manusia mulia ini agar Ibrahim menyembelih Ismail. Putra yang diharap-harapkan dan dimintanya bertahun-tahun. Dengan sedih Ibrahim menyampaikan perintah Allah kepada putranya Ismail. Setelah Ismail mendengar perintah Allah SWT maka dengan ikhlas dan rela, Ismail berkata kepada ayahnya. “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (QS. ash-Shâffât [37]: 102).

‘Abdullâh bin ‘Abbâs di dalam tafsirnya mengungkapkan yang dimaksud dengan “al-sa’yu” atau dewasa ialah “sudah mampu melaksanakan perintah Allah, karena sudah dapat membedakan yang hak dan batil”. Pendapat lain menyatakan, “sudah dapat mengikuti ayahnya berjalan naik gunung”. Dari aspek bahasa juga berarti sudah dapat berlari-lari.

Maka berangkatlah Ibrahim bersama Ismail ke Jabal Qurban di Mina, dan ketika sampai di ‘Aqabah, Iblis mencegah dan membujuknya agar tidak meneruskan niatnya karena anaknya adalah putera yang diharap-harapkan, maka Ibrahim melempar batu satu persatu sampai 7 butir sambil membaca: “Atas nama Allah, Allah Mahaagung, kutuk dan laknat terhadap setan-setan,dan kerelaan Allah yang diharapkan.”

Demikian juga ketika sampai ke Wustha dan Ula, dan Ibrahim terus berdoa sambil melempar 7 batu berturut-turut. Setelah selesai jumrah maka Ibrahim meneruskan perjalanannya sampai  akhirnya tiba di Jabal Qurban berdasarkan bimbingan Jibril. Di sinilah Ibrahim merealisasikan perintah Allah sebagaimana diungkapkan oleh Allah SWT pada ayat berikut.

“Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipisnya, nyatalah kesabaran keduanya. Dan Kami panggillah dia: ‘Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.’ Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (QS. ash-Shâffât [37] : 103-107).

Allah menurunkan seekor domba dari langit yang turun di Masjid Khaif , yang mana di daerah  inilah Nabi Adam dikubur. Masjid Khaif juga merupakan tempat mustajab doa para nabi-nabi, dan di sini pula turun surah al-Nashr [110]. Inilah sejarah kurban. Wallâhu a’lam bi al-shawâb. (daaruttauhiid)