Mental Sehat dengan Menulis

Menulis tak sekadar hobi atau ajang aktualisasi diri. Yakni sebagai wahana penyaluran ide atau gagasan. Tapi, menulis juga bisa sebagai media penyaluran ketegangan jiwa (katarsis) yang bermuara pada kesehatan mental. Dengan menulis, seseorang akan merasa lebih lega dan nyaman menjalani hidupnya.

Ini artinya, menulis bisa dijadikan sebagai terapi untuk kesehatan mental. Bahkan tak hanya mental, sehat secara fisik pun bisa diperoleh jika membiasakan menulis. Karena mental merupakan bagian tidak terpisahkan dari aspek fisik pada diri manusia. Mental yang sehat membuat seseorang memiliki fisik yang sehat pula, begitu juga sebaliknya (psikosomatis).

Tentunya pernyataan ini didukung beragam penelitian yang menguatkan klaim tersebut. Salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Pennebaker & Beal tahun 1986 di Amerika. Penelitian ini menemukan masalah kesehatan fisik maupun mental dapat berkurang ketika seseorang memiliki kebiasaan menulis. Khususnya menulis mengenai pengelaman hidupnya yang berharga (menulis ekspresif).

Beberapa penelitian yang lainnya pun menemukan hasil serupa. Kebiasaan menulis dalam jangka panjang bisa menurunkan tingkat stres dan tekanan darah, meningkatkan sistem imun atau kekebalan tubuh sehingga tidak mudah sakit, membuat mood (suasana hati) jadi lebih baik dan merasa lebih bahagia, semangat kerja jadi lebih meningkat, hingga paten mengurangi gejala-gejala depresi.

Tidak hanya itu manfaatnya, menulis juga bisa membuat aspek sosial dan perilaku seseorang menjadi lebih positif. Kemampuan memori meningkat (tidak mudah lupa). Pun dengan kemampuan sosial linguistik atau kemampuan berkomunikasi dengan orang lain jadi lebih terupgrade.

Sebab Menulis Menyehatkan

Ada banyak sebab yang membuat aktifitas menulis punya multi manfaat, terutama terkait kesehatan mental. Sebagaimana telah disebutkan di awal tulisan, menulis bisa menjadi alat katarsis atau penyaluran ketegangan akibat emosi negatif yang lama tersimpan. Emosi negatif ini jika tidak tersalurkan dengan tepat, bisa memberikan dampak negatif bagi kesehatan mental. Salah satunya memperburuk mood atau menimbulkan gejala-gejala depresi.

Nah, menulis merupakan salah satu aktifitas penyaluran emosi secara konstruktif. Dengan menulis, seseorang bisa meluapkan emosi negatif dalam dirinya dengan leluasa. Melepaskan tekanan mental (stres) terhadap suatu masalah yang sedang dihadapi, termasuk mengobati trauma masa lalu secara swadaya (self healing).

Melalui menulis, manfaat lainnya adalah ampuh mengasah kecerdasan intrapersonal. Kecerdasan ini salah satu bentuknya berupa kemampuan mengenali dan mengelola emosi dalam diri. Banyak penelitian menemukan hubungan siginifikan antara tingkat kecerdasan intrapersonal dengan kemampuannya mengatasi stres (coping). Ada juga penelitian yang menemukan semakin tinggi tingkat kecerdasan intrapersonal seseorang, maka semakin rendah peluangnya untuk mengalami depresi atau gangguan emosional.

Tak cukup hanya itu, memiliki kebiasaan menulis mampu meningkatkan rasa percaya diri, punya pemikiran optimis (positif thinking), dan kemampuan memecahkan masalah (problem solving). Wow! Semua ini tentunya merupakan modal dasar bagi siapa pun yang hendak berburu kebahagiaan dalam hidupnya.

Dan itu semua diawali dengan mulai menggoreskan satu per satu kata hingga disatukan dalam sebingkai kalimat. Mudah bukan? Cukup luangkan waktu maksimal 20 menit per hari dan lakukan secara kontinyu tanpa terputus sehari pun dalam sepekan. Cari tempat dan suasana yang kondusif. Semakin hening semakin baik.

Selanjutnya, bebaskan diri untuk menulis tema apa saja. Namun jika menulis hendak difungsikan sebagai terapi self healing, disarankan memilih jenis tulisan ekspresif. Yakni tulisan yang mengungkapkan segala pengalaman hidup komplit dengan emosi yang menyertainya. Tumpahkan tanpa ada sekat atau hal-hal yang sekiranya tak elok diungkapkan.

Pun halnya jangan terlalu memedulikan tata bahasa atau ejaan. Mengapa? Karena tulisan ini untuk dikonsumsi pribadi dan difungsikan sebagai terapi diri. Lebih penting untuk fokus pada hal yang hendak diungkapkan, yang dalam kehidupan sehari-hari sulit dikatakan.

Tertantang untuk mencoba dan memulainya? (daaruttauhiid)