Menyikapi Perbedaan Pendapat di Tengah Umat

DAARUTTAUHIID.ORG | Perbedaan pendapat ditengah masyarakat kerap kali menjadi pemicu konflik, terlebih khusus jika berkaitan mengenai agama. Hal ini dikarenakan menyetuh aspek terdalam dari keyakinan seseorang, sehingga sebagian besar orang sangat kekeh pada pendapat masing-masing.

Ketika keyakinan atau pendapat seseorang dipertanyakan atau ditantang, akan muncul sebuah reaksi emosional dan merasa tidak terima.

Selain keyakinan tersebut, kurangnya pemahaman dan sikap toleransi tentang perbedaan pendapat akan memunculkan perselisihan yang lebih serius.

Lantas bagaimana Islam Memandang perbedaan Pendapat di tengah ummat?

Islam memandang keragaman, termasuk perbedaan pendapat, sebagai sesuatu keniscayaan dan bahkan menjadi bagian dari rahmat Allah Ta’ala.

Allah berfirman dalam Al-Qur’an Surah Ar-Rum ayat 22:

وَمِنْ آيَاتِهِ خَلْقُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافُ أَلْسِنَتِكُمْ وَأَلْوَانِكُمْ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِّلْعَالِمِينَ

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.”

Ayat ini menunjukkan bahwa perbedaan adalah desain ilahi yang harus kita sikapi dengan bijak.

Bagaimana sikap kita sebagai makhluk sosial ditengah keragaman pendapat dari setiap individu? Apa Saja 4 Sikap Utama dalam Menghadapi Perbedaan?

Dalam menyikapi perbedaan pandangan, khususnya dalam ranah keagamaan, terdapat empat prinsip penting yang sebaiknya kita pegang:

Pertama, Menambah pemahaman sebelum memberi penilaian

Sebelum mengeluarkan pendapat, penting untuk memperkaya diri dengan pengetahuan yang cukup. Pemahaman yang mendalam akan mencegah kesalahpahaman dan penilaian yang tergesa-gesa.

Kedua, Menjunjung tinggi sikap saling menghormati

Toleransi dan empati menjadi kunci dalam menjaga keharmonisan. Menghargai keberagaman pandangan menunjukkan kedewasaan dalam beragama dan bermasyarakat.

Ketiga, Mengedepankan musyawarah, bukan merasa paling benar

Perbedaan sebaiknya dijadikan ruang untuk berdialog, bukan ajang saling menyalahkan. Semangat berdiskusi dengan terbuka jauh lebih bermakna daripada bersikukuh pada kebenaran tunggal versi sendiri.

Keempat, Membangun titik kesepahaman (kalimatun sawa’)

Upaya untuk menemukan kesamaan nilai dan tujuan bersama adalah langkah bijak dalam meredakan perbedaan. Di sinilah pentingnya mencari benang merah yang menyatukan, bukan memperbesar jurang pemisah.