Menyuburkan Sikap Pantang Sia-sia

Ada lima pantangan yang selalu diajarkan di lingkungan Daarut Tauhiid (DT), salah satunya ialah pantang sia-sia. Yakni pantang melakukan sesuatu yang tidak bernilai dan sifatnya hanya percuma, termasuk sikap terhadap waktu. Mengapa? Karena waktu yang sudah berlalu tidak mungkin kembali. Setiap tahun yang telah berlalu, bulan, pekan, bahkan menit tidak mungkin bisa diulang.

Inilah yang pernah disampaikan oleh Iman Hasan al-Bashri. Tidak ada satu hari pun yang menampakkan fajarnya kecuali ia akan menyeru, “Wahai anak Adam, aku adalah harimu yang baru, yang akan menjadi saksi atas amalmu, maka carilah bekal dariku, karena jika aku telah berlalu, aku tidak akan kembali lagi hingga hari kiamat.”

Memanfaatkan Waktu

Allah SWT berfirman:

وَالْعَصْرِ ۙ ﴿العصر : ۱

اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍ ۙ ﴿العصر : ۲

اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ە ۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ ࣖ ﴿العصر : ۳

Demi masa, sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.” (QS. al-‘Ashr [103]: 1-3).

Dalam ayat ini, Allah bersumpah dengan masa yang terjadi di dalamnya bermacam-macam kejadian dan pengalaman yang menjadi bukti atas kekuasaan Allah yang mutlak, hikmah-Nya yang tinggi, dan Ilmu-Nya yang sangat luas.

Dalam Tafsir Kementerian Agama RI menjelaskan bahwa perubahan-perubahan besar yang terjadi pada masa itu sendiri, seperti pergantian siang dan malam yang terus-menerus, habisnya umur manusia, dan sebagainya merupakan tanda keagungan Allah.

Apa yang dialami manusia dalam masa itu dari senang dan susah, miskin dan kaya, senggang dan sibuk, suka dan duka, dan lain-lain menunjukkan secara gamblang bahwa bagi alam semesta ini ada pencipta dan pengaturnya. Dialah Tuhan yang harus disembah dan hanya kepada-Nya kita memohon untuk menolak bahaya dan menarik manfaat.

Ada pun orang-orang kafir menghubungkan peristiwa-peristiwa tersebut hanya pada suatu masa, sehingga mereka beranggapan jika ditimpa sesuatu bencana, hal itu hanya kemauan alam saja. Allah menjelaskan bahwa masa (waktu) adalah salah satu makhluk-Nya dan di dalamnya terjadi bermacam-macam kejadian, kejahatan, dan kebaikan.

Kerugian Terbesar

Allah mengungkapkan manusia sebagai makhluk-Nya sungguh secara keseluruhan berada dalam kerugian, yakni jika manusia tidak menggunakan waktu dengan baik atau dipakai melakukan keburukan. Perbuatan buruk manusia merupakan sumber kecelakaan yang menjerumuskannya ke dalam kebinasaan.

Dosa seseorang terhadap Tuhannya yang memberi nikmat tidak terkira kepadanya, merupakan suatu pelanggaran yang tidak ada bandingannya sehingga merugikan dirinya. Jika manusia tidak mau hidupnya merugi, maka ia harus beriman kepada-Nya. Melaksanakan ibadah sebagaimana yang diperintahkannya, berbuat baik untuk dirinya sendiri, dan berusaha memberikan manfaat kepada orang lain.

Selain beriman dan beramal saleh, mereka harus nasihat-menasihati untuk menaati kebenaran dan tetap berlaku sabar. Menjauhi perbuatan maksiat yang setiap orang cenderung kepadanya. Mereka adalah orang-orang yang selamat dari kerugian tersebut dan beruntung di dunia dan akhirat. (Gian)

ket: ilustrasi foto diambil saat sebelum pandemi