Muhasabah di Balik Musibah

Musibah berupa bencana seolah tak mau pergi dari negeri tercinta ini. Belum kering air mata karena bencana di suatu tempat, datang lagi bencana baru yang tak kalah hebatnya. Harta dan nyawa pun hilang silih berganti. Harta yang diupayakan semasa hidup, lenyap begitu saja tanpa bekas.

Masih segar dalam ingatan, di tahun yang telah dilewati, ada beberapa bencana yang membuat negeri ini terguncang. Akhir Juli hingga awal Agustus, BMKG mencatat ratusan gempa terjadi dari mulai magnitudo kecil hingga besar. Ratusan nyawa melayang, ratusan lainnya luka-luka, puluhan ribu rumah dan fasilitas umum rusak parah, dan ratusan ribu orang mengungsi.

Lombok masih berduka. Bahkan, luka yang dirasakan warga Lombok masih terasa perih. Di saat itu, Allah SWT kembali menguji dengan gempa magnitudo 7,7 SR yang mengguncang Palu, Sulawesi Tengah dan sekitarnya. Rumah, fasilitas umum, tempat ibadah, masjid, hotel, sekolah, dan sebagainya ambruk. Tak lama kemudian warga dikejutkan dengan tsunami dan likuifaksi. Lebih dari dua ribu orang meninggal dan ribuan lainnya luka-luka. Sementara, hingga saat ini masih banyak warga yang tinggal di pengungsian.

Menjelang akhir Desember 2018, publik kembali dikagetkan dengan tsunami yang disebabkan longsoran Gunung Anak Krakatau. Ratusan orang meninggal dan ratusan lainnya luka-luka, serta beberapa orang masih belum ditemukan.

Ada Musibah, Ingat Allah

Musibah berupa bencana adalah bagian dari episode kehidupan manusia yang Allah takdirkan. Lempengan bumi bergerak, angin bergerak, air menjadi naik, dan apa pun bentuk bencananya semuanya Allah yang menggerakkan dan Allah yang menghendaki. Tak ada satu pun atau hal apa pun yang bisa menghalanginya karena musibah atau bencana yang terjadi sebelumnya Allah SWT tulis di Lauhul Mahfuzh.

Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri” (QS. al Hadid: 22-23)

  1. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) dalam sebuah ceramahnya mengatakan, ketika mendapat musibah, hal pertama yang dilakukan adalah ingat Allah. Gempa, tsunami, dan bencana lainnya adalah kehendak Allah yang syariatnya karena Indonesia berada di wilayah rawan bencana, misal karena lempengan bumi, cuaca buruk, dan sebagainya.

Sebagai manusia, yang juga ciptaan Allah SWT, sepatutnya kita menerima musibah berupa bencana tersebut karena takdir Allah pasti baik. Manusia hanyalah makhluk yang lemah dan tak bisa menolak apa pun yang Allah kehendaki. Karenanya, tugas manusia setelah ditimpa musibah adalah menemukan hikmah di balik musibah.

Manusia sangat berharap hidup selalu ada dalam kemudahan, kelapangan, dan kebahagiaan. Tetapi ternyata kebahagiaan dan kegembiraan itu tidak selalu datang dari hal-hal yang kita sukai.

Allah SWT berfirman yang artinya: “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun (sesungguhnya kami milik Allah dan hanya kepada-Nyalah kami kembali). (QS. Al-Baqarah [2] 155-156)

Dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan bahwa pasti akan datang ujian di dalam hidup kita. Tidak selamanya menyenangkan, kadang muncul juga kejadian yang tak mengenakan. Tidak selamanya menggembirakan, kadang muncul juga kejadian yang menyedihkan.

Akan tetapi, akan datang kebahagiaan yang sejati di balik semua ujian atau musibah itu. Kebahagiaan yang hanya datang kepada orang-orang yang bersabar. Siapakah orang yang sabar itu? Allah menjelaskan orang yang sabar adalah orang yang ketika ia ditimpa musibah, maka mulutnya, hatinya, sikapnya, kompak mengucapkan “Inna lillaahi wa innaa ilaihi rooji’uun”.

Oleh : Astri Rahmayanti, sumber foto : deviantart.com/maxak8