Nabi Yusuf: Penjarakan (Nafsu) Diri dalam Jeruji Besi

“Dan perempuan (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu, seraya berkata: ‘Marilah ke sini.’ Yusuf berkata: ‘Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik.’ Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akan beruntung.” (QS. Yusuf [12]: 23)

Seiring perjalanan waktu, tumbuhlah Yusuf menjadi remaja dewasa. Allah menganugerahi wajah rupawan. Sosoknya semakin matang karena Allah menganugerahi ilmu dan hikmah. Walau ia budak pembesar (al-Aziz), namun perangai dan penampilannya bak bangsawan.

Daya pesona Yusuf luar biasa. Setiap yang kenal menjadi resah. Sebab, keelokan rupa Yusuf menyelinap ke alam bawah sadar dan melekat dalam ingatan. Hal ini yang dialami istri al-Aziz, Zulaikha namanya. Ia benar-benar jatuh hati dan sulit berpaling. Sepanjang hari ia habiskan untuk sekadar melihat gerak-gerik Yusuf walau dari kejauhan. Keresahannya hanya hilang saat ia melihat sang pujaan.

Rasa yang terpendam semakin kuat dan memuncak. Zulaikha goyah. Ia tidak mampu lagi mengendalikan dirinya. Ia kehilangan kendali. Tenaganya lemah untuk bisa menyimpan beban rasa yang semakin sesak. Sebagai istri pembesar, ia seharusnya menjaga wibawa dan kehormatan suaminya.

Namun, Zulaikha kehilangan orientasi. Ia tidak lagi berpikir bagaimana nanti. Yang ada adalah keinginan untuk menumpahruahkan rasa di hati. Ia menyusun sebuah rencana. Ia panggil Yusuf seolah sedang membutuhkan bantuan. Sebagai budak majikan, Yusuf setia memenuhi panggilan sang tuan. Masuklah Yusuf ke dalam sebuah ruangan.

Yusuf kaget ketika tiba-tiba ibu majikan (Zulaikha) mengunci. Ia bingung dengan apa yang sedang terjadi. Ia berdiri mematung membaca maksud di balik semua ini. Zulaikha pun menyampaikan maksud, dan meminta serta mendesak Yusuf agar memenuhi keinginannya.

Bagai petir di siang hari, Yusuf tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Tanpa pikir panjang, ia segera sampaikan penolakan. Bukan karena Zulaikha tidak menawan. Namun, karena rasa cinta dan takut (kepada Allah) membuatnya tidak mau menentang. Ia memohon sang majikan agar mencabut permintaan.

Niat yang terkandung sudah menggunung. Zulaikha terlampau berat menafikan apa yang dirasanya. Ia meminta dengan sangat agar Yusuf bersedia. Namun, Yusuf semakin kuat menunjukkan penolakan.

Yusuf segera berlalu menuju pintu, tapi Zulaikha menahan laju. Tangannya memegang baju Yusuf hingga terkoyak. Saat keduanya berada di muka pintu, datanglah al-Aziz. Secepat kilat Zulaikha memasang wajah sendu dan menyampaikan kalimat fitnah. Ia meminta suaminya agar memberikan hukuman berat kepada Yusuf yang hendak menjamahnya.

Kebenaran harus ditegakkan. Yusuf dengan lantang menyampaikan yang sebenarnya. Mendapati informasi yang berbeda, al-Aziz butuh pertimbangan. Datanglah seorang bijak yang menyarankan al-Aziz mengamati baju Yusuf. Apakah sobek di depan atau dibelakang?

Al-Aziz mulai mengamati. Ia mendapati yang sobeknya di bagian belakang. Ia sadar bahwa istrinyalah yang berbuat tidak benar. Maka, ia tegur istrinya dan meminta semua pihak agar merahasiakan.

Tapi, berita ini tetap tersebar. Para perempuan di kota mulai merendahkan. Zulaikha ingin para perempuan ini merasakan yang ia rasakan. Ia lalu mengundang mereka dalam sebuah jamuan. Disediakannya tempat duduk dan pisau untuk memotong makanan. Di saat semua sedang lahap menyantap, Zulaikha memerintahkan Yususf untuk menampakkan dirinya. Sontak para perempuan itu terkagum-kagum dengan keelokan rupa Yusuf. Mereka tidak mempercayai apa yang sedang dilihatnya, sehingga tak sadar pisau melukai jari tangan mereka.

Yusuf segera menemui al-Aziz. Ia menyadari kehadirannya menyebabkan malapetaka. Ia meminta al-Aziz agar memenjarakannya. Lebih baik berada dalam penjara daripada menebar bencana. Inilah kisah Yusuf muda yang lebih memilih hidup di jeruji besi dari pada menghambakan diri pada nafsu yang keji. Wallahu a’lam.
(Oleh : usatadz Edu, sumber foto : deviantart.com/amalus)