Pekerjaan Adalah Ujian

“..Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah..” (QS. al-Muzammil [73]: 20)

Salah satu urusan yang sering dipandang manusia sebagai kesulitan adalah urusan belum punya pekerjaan. Oleh sebab itu, tidak sedikit orang yang menjadi minder, stres hingga putus asa manakala dirinya belum punya pekerjaan.

Saudaraku, bekerja adalah ladang amal saleh kita di hadapan Allah Ta’ala. Pekerjaan kita adalah ibadah kita. Para nabi dan rasul pun memiliki pekerjaan untuk menghidupi diri dan keluarganya. Bagi kita, bekerja adalah ikhtiar menjalankan sunnah nabi supaya hidup kita lebih berkualitas, demikian juga dengan ibadah kita.

Jika Allah menakdirkan kita sedang berada pada episode belum memiliki pekerjaan, maka sikap terbaik adalah bersabar dan menyempurnakan ikhtiar. Tetap yakin kepada Allah karena hanya Ia Yang Maha Memiliki segala karunia. Tidak ada orang yang menduduki jabatan setinggi apa pun, kecuali semua itu mutlak merupakan karunia dari Allah Ta’ala. Hanya Allah yang kuasa memberikan kedudukan kepada seseorang, dan hanya Allah juga yang kuasa mencabutnya kembali.

Jika bekerja yang kita maksud adalah bekerja sebagai karyawan di sebuah perusahaan, maka langkah kesabaran yang bisa kita lakukan adalah ikhtiar memenuhi kualifikasi sebagaimana kebutuhan perusahaan tersebut. Adapun jika bekerja yang kita maksud adalah berwirausaha, maka langkah kesabaran yang perlu kita lakukan adalah memperkaya diri dengan ilmu mengenai bidang yang akan kita jalankan.

Belum memiliki pekerjaan bukan berarti tidak ada pekerjaan yang cocok bagi kita. Tetapi kita hanya belum bertemu saja dengan pekerjaan tersebut. Semakin kita memperbaiki kualitas diri di hadapan Allah, semakin memperbaiki kualitas keterampilan kita, maka semakin dekat perjumpaan kita dengan pekerjaan.

Ada sebagian orang yang berpikir bahwa untuk mendapatkan pekerjaan tertentu maka harus mengeluarkan sejumlah uang untuk melicinkan prosesnya. Saudaraku, inilah hal penting yang harus kita ingat, bahwa jika kita bercita-cita sampai di sebuah tujuan, maka cara-cara yang kita tempuh mestilah halal dan baik. Segala sesuatu yang diawali dengan hal yang haram, maka akan jauh dari keberkahan. Jauhi suap-menyuap, hindari sogok-menyogok. Yakinlah jika kita meninggalkan sesuatu karena Allah, maka Allah akan karuniakan kepada kita jalan keluar yang tidak diduga.

Tetap berbaiksangka manakala lamaran demi lamaran yang kita layangkan ke berbagai perusahaan, tidak juga mendapat jawaban atau penolakan. Boleh jadi ini jalan yang mengarahkan kita kepada wirausaha. Manakah di antara keduanya yang lebih baik, bekerja sebagai karyawan ataukah berwirausaha? Pekerjaan terbaik adalah yang dijalankan dengan niat lillaahi ta’ala.

Dan, jika kita sudah mendapatkan pekerjaan, maka bersyukurkan dengan menjadikan pekerjaan tersebut sebagai ladang jihad kita di hadapan Allah SWT. Diriwayatkan, beberapa orang sahabat melihat seorang pemuda kuat yang rajin bekerja. Mereka berkata, “Andai saja ini (rajin dan giat) dilakukan untuk jihad di jalan Allah.” Rasulullah saw bersabda, “Janganlah kamu berkata seperti itu. Jika ia bekerja untuk menafkahi anak-anaknya yang masih kecil, maka ia berada di jalan Allah. Jika ia bekerja untuk menafkahi kedua orangtuanya yang sudah tua, maka ia di jalan Allah. Dan jika ia bekerja untuk memenuhi kebutuhan dirinya, maka ia pun di jalan Allah. Namun jika ia bekerja dalam rangka riya atau berbangga diri, maka ia di jalan syaitan.” (HR. Thabrani)

Wallahu a’lam bishowab.

(KH. Abdullah Gymnastiar)

daaruttauhiid.org