Pendirian dan Perjuangan

Tegaklah pada pendirianmu di dalam hidup ini dan berjuanglah. Sesungguhnya, kehidupan itu ialah pendirian dan perjuangan. Untuk apa kita diberi Allah Ta’ala akal dan pikiran? Supaya kehidupan kita berbeda dengan makhluk yang lain. Sebab itu tiap-tiap pikiranmu bertambah, tiap-tiap mata bernyala. Pandanglah alam ini dengan pandangan sendiri. Jangan dibiarkan segala sesuatu berlalu di hadapanmu dengan sepintas lalu saja. Tetapi perhatikanlah dengan dirimu. Karena segenap alam ini bertali senantiasa dengan manusia.

Semasa pikiran itu masih sempit daerahnya, masih dimaafkan orang kalau pikiranmu hanya menurutkan pikiran orang lain. Kalau otakmu hanya menjadi ekor bukan menjadi kepala. Hidup dan hidup ada dua.

Umur Kedua

Ada orang yang hidup, sampai tubuhnya di dalam kubur, sampai tulang hancur di dalam tanah, namanya dan hidupnya pun turut habis dengan tubuhnya. Tidak menjadi peringatan orang lain sebab hidupnya tak berhaluan.

Ada pula orang yang tambah hilang zamannya, tambah timbul kehidupannya. Justru tambah digali orang, tambah diperiksa manusia, diselidiki, serta ditilik. Kian habis badannya kian hidup namanya.

Golongan yang pertama tadi ialah orang yang tidak mempunyai pendirian. Sebab itu ia tidak ada berjuang mempertahankan pendirian itu. Golongan yang kedua dilengkapi syarat orang hidup, diselidikinya dan dipergunakannya pikiran dan akalnya. Walaupun ada yang melawan dan yang tidak menyetujuinya.

Orang yang semacam yang pertama lebih banyak hidupnya menarik nafas turun naik. Buat ia itulah darah hidup. Orang itu takut mati karena mencintai hidup padahal di waktu hidupnya juga ia telah mati. Sementara orang yang kedua menyelidiki alam dan mendapat dalam penyelidikan itu ialah orang yang tidak takut, lantaran mencari hidup maka hiduplah iya walaupun sudah mati.

Orang pertama adalah penonton lalu kehidupan. Sementara orang yang kedua itulah pembentuk sejarah.

Buah Penyelidikan

Selidiki periksa dan alami. Buah dari penyelidikan, pemeriksaan, dan pengalaman itulah ia pendirian.

اَوَلَمْ يَسِيْرُوْا فِى الْاَرْضِ فَيَنْظُرُوْا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۗ كَانُوْٓا اَشَدَّ مِنْهُمْ قُوَّةً وَّاَثَارُوا الْاَرْضَ وَعَمَرُوْهَآ اَكْثَرَ مِمَّا عَمَرُوْهَا وَجَاۤءَتْهُمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنٰتِ ۗ فَمَا كَانَ اللّٰهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلٰكِنْ كَانُوْٓا اَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُوْنَ ۗ ﴿الروم : ۹

Artinya: “Dan tidakkah mereka bepergian di bumi lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka (yang mendustakan rasul)? Orang-orang itu lebih kuat dari mereka (sendiri) dan mereka telah mengolah bumi (tanah) serta memakmurkannya melebihi apa yang telah mereka makmurkan. Dan telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang jelas. Maka Allah sama sekali tidak berlaku zalim kepada mereka, tetapi merekalah yang berlaku zalim kepada diri mereka sendiri. (QS. ar-Rum [3]: 9).

Pertahankanlah pendirian itu dan bawalah berjuang tetapi kamu harus menang sebab itulah ia hidup! Jangan lekas melihat orang yang melawan supaya himmahmu jangan patah. Bahkan perhatikan lebih dahulu orang yang akan menjadi tentaramu supaya kemauanmu tegak. Dan harapkan perlindungan dari Allah Ta’ala.* (Gian)

*disunting dari Lembah Cita-cita karya Prof. HAMKA