Mari Kita Renungkan

Suatu ketika, saya membaca sebuah artikel di internet tentang seorang pendaki yang pergi ke gunung, di mana dia menemui azalnya di sana. Di hadapannya terdapat gunung yang menjulang tinggi dengan lereng-lereng yang begitu terjal. Tak disangka yang datang dari atas, longsoran salju menimpa tubuh sang pendaki. Bongkahan salju yang mengeras, deru angin yang membuat tubuhnya terhempas ke arah dinding. Dia begitu panik. Betapa tidak karena barang-barang yang dibawanya telah lenyap, yang ada hanya tali-temali dan sebilah pisau yang ada di pinggangnya.

Pendaki begitu cemas, lalu berdoa memohon pertolongan Tuhan agar diselamatkan dari bencana ini. Ditengah kepanikan itu, pendaki tersebut mendengar dari hati kecilnya yang menyuruhnya melakukan sesuatu, “Potong tali itu…, potong tali itu…” Terdengar senyap melintas telinganya.

Pendaki bingung, apakah ini perintah Tuhan? Apakah suara itu adalah pertolongan Tuhan? Tapi bagaimana mungkin memotong tali yang telah menyelamatkannya. Sementara dinding itu begitu terjal, pandangan terhalang salju, lama ia merenungi keputusan ini, dan ia tidak mengambil keputusan apa-apa.

Beberapa minggu kemudian, seorang pendaki lain menemukan ada tubuh yang tergantung. Terbalik di sebuah dinding terjal. Tubuh itu tampak membeku dan telah meninggal karena kedinginan, sementara itu batas tubuh itu dengan tanah hanya berjarak 1 (satu) meter saja.

Sungguh sangat agung kekuasaan Allah, di mana pun kita berada, sedang apa pun kita di sana, azal pasti akan datang untuk menyembut kita semua. Kita mungkin akan berkata betapa bodohnya pendaki tersebut yang tidak berbuat apa-apa dan tidak menuruti kata hatinya. Kita mungkin akan menyesali tindakan pendaki tersebut yang tidak mau memotong tali pengaitnya. Tentu dia tidak harus mati membeku dan kedinginan.

Kita mungkin selalu merasa mengapa selalu banyak masalah. Beban yang ada di pundak kita. Menghadapi hambatan dalam setiap langkah kehidupan kita. Kita sering sekali mendapatkan badai dan  salju yang selalu menghantam tubuh kita. Mengapa tidak kita disediakan saja jalan yang lurus tanpa perlu menanjak, agar kita terbebas dari semua halangan itu.

Cobaan yang diberikan Sang Pencipta adalah ujian yang patut kita syukuri. Ia adalah latihan, layaknya besi yang  ditempa, atau seperti pisau-pisau yang terus diasah. Sesungguhnya di dalam semua ujian, latihan itu terdapat petunjuk-petunjuk-Nya. Ada tersembunyi tanda-tanda. Seberapa besar rasa percaya kita kepada Sang Pencipta, hingga kita mau menyerahkan semua yang ada dalam diri kita kepada-Nya?

Karena percaya ada dalam hati, maka tanamkan terus hal itu dalam kalbumu. Penuhilah narunimu dengan kekuatan. Percayalah akan ada petunjuk-petunjuk Sang Pencipta dalam setiap langkah kita dalam menapaki hidup ini. Cari, gali, dan dan temukan rasa itu. Tanpa kita sadari, pasti akan menemukan petunjuk itu.

Jangan pernah merasa puas dengan apa yang telah kita dapat. Jangan pernah merasa kecewa dengan orang-orang sekeliling yang tak pernah mengerti kita, tetapi carilah sesuatu yang akan membuat hati kita menyatu dengan langkah kita. Allah SWT pasti ada di setiap langkah kita. Wallahu a`lam bisshowab. (daaruttauhiid)