Adab Taubat Kepada Allah

Tidak ada yang membuat kita gelisah, resah, kecuali diantaranya adalah dosa. Jika kita merasakan suatu perasaan yang tidak enak di hati. Kemudian dalam kehidupan pun tidak nyaman, maka yang pertama kali diperiksa atau di evalusi adalah dosa kita sendiri. Kita akan berani taubat dan mau memperbaiki diri kita, jika kita berani jujur kepada diri sendiri, dimana kita sering kali menyalahkan orang lain diatas kesalahan kita.

Kita pasti mempunyai dosa, tidak mungkin tidak memiliki dosa, dan Allah menyaksikan dosa-dosa yang kita lakukan, baik yang terang-terangan maupun yang sembuyi-sembunyi. Sengaja atau tidak sengaja, dosa yang berulang-ulang tidak ada satu pun yang tidak disaksikan oleh Allah Ta’ala dan semua dosa yang kita lakukan akan kembali kepada diri kita.

اِنْ اَحْسَنْتُمْ اَحْسَنْتُمْ لِاَنْفُسِكُمْ ۗوَاِنْ اَسَأْتُمْ فَلَهَا

Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat,maka(kejahatan)itu bagi dirimu sendiri.” (QS. Al-Isra’: 7)

Jadi kita akan sulit bertobat jika berfokus pada kesalahan orang lain, semua dosa atau masalah itu tidak juga akan selesai dengan kepintaran kita, masalah juga tidak akan selesai dengan keahlian kita, bukan juga karena ikhtiar dan kegigihan kita, tetapi karena pertolongan Allah masalah jadi selesai. Bila kita sakit, ada masalah pekerjaan, dan masalah lain-lain, coba fokus memohon ampunan kepada Allah.

Kita minta kepada Allah agar kita bisa taubat. Taubat itu harus ada rasa penyesalan dari apa yang kita lakukan, kemudian memohon ampun dengan sungguh-sungguh dan tidak akan mengulanginya lagi. Kalau kita tidak sungguh-sungguh dalam bertaubat maka sama saja seperti pintu yang tidak kita buka kuncinya. Ada do’a yang dianjurkan untuk dibaca setiap hari, yaitu doa syaidul istighfar, yang bunyinya:

Allahumma anta rabbii laa ilaaha illaa anta khalaqtanii wa anna ‘abduka wa anaa ‘alaa ‘ahdika wa wa’dika. Mastatha’tu a’uudzu bika min syarri maa shana’tu abuu u laka bini’ matika ‘alayya wa abuu-u bidzanbii faghfir lii fa innahu laa yagfirudz dzunuuba illa anta.

Artinya: “Hai Tuhanku, Engkau Tuhanku. Tiada tuhan yang disembah selain Engkau. Engkau yang menciptakanku. Aku adalah hamba-Mu. Aku berada dalam perintah iman sesuai perjanjian-Mu sebatas kemampuanku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan yang kuperbuat. Kepada-Mu, aku mengakui segala nikmat-Mu padaku. Aku mengakui dosaku. Maka itu ampunilah dosaku. Sungguh tiada yang mengampuni dosa selain Engkau,”

Wallahu a’lam bishowab.

(KH. Abdullah Gymnastiar)

_____________________________

daaruttauhiid.org