Al-Hawariyun (Bagian 2): Sahabat Setia versus Pengkhianat

“Dan karena ucapan mereka: ‘Sesungguhnya Kami telah membunuh al-Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah,’ Padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.’” (QS. an-Nisa [4]: 157-158).

Pada tulisan sebelumnya telah dibahas delapan Hawariyun beserta kiprahnya, tersisa tinggal empat Hawariyun lagi. Ada pun keempat Hawariyun tersebut (penulisannya melanjutkan nomor dari tulisan sebelumnya) adalah:

9. Syam’un al-Kan’ani ra (az-Zalutiyyun); adalah pejuang militan Bani Israil yang menentang pendudukan bangsa Romawi dan kezaliman penguasa Israil (Yahudi) atas kaum Bani Israil keseluruhan.

10. Nikhadimah ra; pemilik kediaman yang ada di seberang Sungai al-Kidran (di kebun Jaat-Asmani), adalah mata-mata Nabi Isa yang memberikan berita mengenai keadaan kaumnya ketika bersembunyi dari kaum Yahudi di kediaman rumahnya.

11. Kalil al-Astafani ra; adalah syuhada pertama yang wafat dirajam oleh gerombolan Yahudi penentang dakwah Nabi Isa as. Menurut riwayat, gerombolan Yahudi itu dihasut oleh Sya’ul at-Tarsusy.

12. Yahudza al-Askaryuti; (Yudas); adalah seorang Hawari yang memberitahukan persembunyian Nabi Isa di Jaat-Asmani (bukit Zaitun) pada malam Jumat, ketika Nabi Isa as sedang bermunajat kepada Allah SWT agar terhindar dari kebiadaban kaumnya. Atas izin-Nya, Allah menyerupakan rupa Yudas dengan Nabi Isa sehingga ia ditangkap dan dihukum salib.

Yahudza pun mati di tiang salib. Kematiannya disaksikan oleh seluruh penduduk Ur-Salim (Yerusalem). Tanah yang menjadi tempat pelaksanaan eksekusi matinya disebut Haikal Damah (Kuil Darah) atau bukit Julajah (bukit Tengkorak).

Jumlah Hawariyun tinggal sebelas. Para Hawari yang tersisa selanjutnya memilih penggantinya. Satu nama akhirnya terpilih, yaitu Matiyah. Maka, ia selanjutnya ditetapkan menjadi Hawari ke-12 pengganti Yudas.

Para Hawariyun kembali berkarya. Mereka menyebar ke seantero tempat dimana Bani Israil tersebar. Ternyata, masyarakat Bani Israil yang ada berada di dalam kondisi terpinggirkan. Agar fokus penegakkan risalah Nabi Isa tidak terganggu, selanjutnya para Hawariyin membuat kebijakan dengan menunjuk 7 sahabat lain (di luar mereka) agar berkonsentrasi untuk mencari solusi atas permasalahan sosial tersebut.

Bani Israil berhadapan dengan kaum Yahudi. Di antara kaum Yahudi yang menentang, ada seorang yang paling memusuhi dakwah Nabi Isa as, yaitu Sya’ul at-Tarsis. Ia mengagendakan pembantaian seluruh Hawariyun. Bersamaan dengan itu, Sya’ul mengondisikan rakyat jelata agar mempercayainya sebagai Hawari ke-13 yang mendapatkan amanah melanjutkan risalah Nabi Isa as.

Lalu Sya’ul menggagas ide kekristenan dengan cara mengatur segala atribut keagamaan Kristiani dan melembagakan paham Salibiyah di dalam gereja-gereja buatannya. Ia memiliki beberapa murid kepercayaannya yaitu Syilas dan Lukas. Lukas adalah tangan kanan Sya’ul yang paling masyhur. Ia adalah seorang tabib yang dipercaya merawi kisah kehidupan Nabi Isa as. Riwayatnya kemudian diakui gereja dan dikenal sebagai Injil Lukas. Ia pun merawi perjalanan dakwah Hawariyyun, namun tidak objektif karena mengedepankan paham Sya’ul dari pada kebenaran ajaran Hawari sebenarnya.

Bersama para tangan kanannya, Sya’ul menulis surat yang bertujuan melakukan dominasi pemahaman sesuai versinya. Surat-surat tersebut ia berikan kepada jama’at ar-Rum (Roma), Korintus, Galatia, Efisus, Kolusye, Filifia, Tesaloni, dan Ibrani dengan pendekatan ketokohan. Mereka menerimanya. Dengan demikian, ajaran Nabi Isa berikutnya dimonopoli oleh Sya’ul yang melembagakan semua idealisme dan keinginannya dalam bentuk ajaran yang dikenal dengan nama Nasrani. Ajaran Nasrani inilah yang berikutnya terus bertransformasi menjadi ajaran resmi di seluruh daerah kekuasaan kekaisaran Romawi. Wallahu a’lam. (Ust. Edu)