Amalan Bulan Muharram

Bulan Muharram merupakan salah satu bulan yang dimuliakan oleh Allah Ta’ala.  Bulan Muharram disebut juga dengan istilah syahrullah (bulan Allah). Muharram dikatakan mulia karena di dalamnya terdapat amalan sunnah yang sangat dianjurkan untuk dilakukan. Salah satunya memperbanyak puasa di bulan Muharram disunahkan karena ia merupakan pembuka tahun baru. Karena sudah semestinya tahun baru dihiasi dengan amal saleh dan puasa karena termasuk amalan yang paling utama.

Berikut beberapa amalan yang baik jika dilakukan dalam momentum bulan Muharram atau tahun baru Islam:

Pertama, Puasa. Sebagaimana dalam hadits Nabi ketika ada seseorang yang bertanya kepada beliau,

“Seseorang datang menemui Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam, ia bertanya, Setelah Ramadhan, puasa di bulan apa yang lebih afdhal? Nabi menjawab, Puasa di Bulan Allah, yaitu bulan yang kalian sebut dengan Muharram,” (HR. Ibnu Majah).

Puasa memiliki keutamaan yang sangat istimewa di sisi Allah. Sunah berpuasa di bulan Muharam bisa dilakukan selama sepuluh hari pertama. Hal demikian mengacu pada sejumlah hadits, salah satunya yang diriwayatkan Abu Hurairah. “Puasa yang paling utama setelah puasa di bulan Ramadhan adalah puasa di bulan Allah yang kalian sebut dengan Muharam.” (Al-Baihaqi).

Kedua, memperbanyak amalan shalih. Sebagaimana perbuatan dosa pada bulan ini akan dibalas dengan dosa yang besar maka begitu pula perbuatan baik. Bagi yang beramal shalih pada bulan ini ia akan menuai pahala yang besar sebagai kasih sayang dan kemurahan Allah kepada para hambanya. Seperti bersedekah, zikir, memperbanyak tilawah, menyambung silaturahim, menyenangkan hati keluarga, dan seterusnya.

Sebagaimana dalam sebuah hadits , Jabir bin Abdullah ra mengatakan, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa melapangkan keperluan orang lain pada hari Asyura, Allah akan melapangkan untuknya sepanjang tahun itu.” (HR. Al-Baihaqi dan Ath-Thabarani).

Ketiga, bertaubat. Bagi seorang Muslim apabila ia terjatuh dalam dosa dan maksiat agar segera bertaubat, tidak menunda-nundanya, karena dia tidak tahu kapan kematian akan menghampirinya. Menyesali atas dosa yang telah lalu, meninggalkan seketika itu juga dan bertekad untuk tidak mengulanginya kembali. Seperti muhasahah diri.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Hasyr: 18).

(Shabirin)