Bebas Masalah Hidup dengan Sedekah

Setiap peristiwa dan ujian hidup yang menimpa seseorang pasti ada hikmahnya. Ini karena setiap kesulitan selalu ada bersama kemudahan. Saat kesulitan itu datang, maka sedekah menjadi solusi utama untuk keluar dari berbagai permasalahan hidup.

Cara ini yang saya lakukan sejak usaha orang tua saya gulungtikar. Allah yang Maharahman akan terus menguji hamba-Nya melalui berbagai permasalahan hidup. Namun di balik semua ujian, Allah selalu memberikan hidayah kepada hamba yang dikehendaki-Nya.

Akhir tahun 2010, usaha kedua orang tua saya bangkrut. Semua aset kekayaan sirna, hanya rumah yang tersisa. Saya harus mencari uang sendiri untuk melanjutkan kuliah yang waktu itu masih semester 4, termasuk membiayai hidup saya sendiri. Puncaknya, saya merasa putus asa dan menyerah untuk melanjutkan hidup saya sendiri.

Namun, ternyata Allah selalu member petunjuk kepada hamba-Nya yang Ia kehendaki. Allah telah mempertemukan saya dengan seorang profesor, namanya profesor Yanti. Dari sanalah titik karier saya dimulai. Saya mendapatkan penghasilan yang cukup untuk bisa bertahan hidup dan melanjutkan kuliah.

Kurang lebih satu tahun saya membantunya untuk membuat slide presentasi materi S2. Penghasilan yang saya dapatkan setiap bulan digunakan untuk biaya kuliah dan kebutuhan sehari-hari. Sisanya selalu saya sisihkan untuk disedekahkan. Saya teringat ayat cinta Allah dalam Alquran bahwa rejeki yang diperoleh jika sebagiannya disedekahkan, maka rezeki tersebut akan bertambah.

Saya pun berusaha mempraktikkannya. Alhasil, Profesor Yanti sangat menyukai hasil pekerjaan saya. Tawaran pekerjaan darinya pun bertambah, hingga saya kemudian dipercaya untuk ikut membantu mengerjakan buku karyanya.

Saya yakin terhadap janji Allah dan kebesaran-Nya. Allah pun terus menguji keimanan saya. Pada 2011, rumah kedua orang tua saya yang merupakan satu-satunya harta tersisa, harus dijual untuk modal usaha. Kami pun hidup mengontrak. Saat itu saya memutuskan untuk hidup di tempat kost dengan biaya sendiri. Saya lepas pekerjaan saya dengan Profesor Yanti.

Saya mencoba untuk menjadi guru les privat. Awalnya sangat berat karena bukan basic saya menjadi seorang guru. Saya pun awalnya melakukan atas dasar keterpaksaan karena butuh uang untuk bertahan hidup. Terapi seiring berjalannya waktu, saya menjadi terbiasa dan menikmati profesi mulia tersebut.

Pertama kali saya menjadi guru les privat hanya diamanahi satu murid SD, dan dengan penghasilan yang cukup.Saya pun selalu ingatakan keajaiban sedekah. Setiap bulan saya berkomitmen untuk selalu membersihkan harta yang saya dapatkan denganbersedekah.

Alhamdulillah, Allah menunjukkan kebesaran-Nya. Dari satu murid, berlipat sampai delapan murid, mulai TK, SD, SMP, dan SMA dengan penghasilan yang bertambah besar dari nominal sebelumnya.

Kini, sudah hampir dua tahun saya hidup merantau di Jakarta. Keajaiban sedekah dalam perjalanan hidup saya pun terus berlanjut, hingga mengantarkan saya bekerja di perusahaan tempat bekerja saat ini.

Sebelum diwisuda, saya direkrut oleh perusahaan yang bergerak di bidang distributor. Sebuah perusahaan yang sebenarnya melenceng dengan jurusan saya ketika kuliah. Perusahaan yang sebelumnya sama sekali tidak pernah saya ketahui, karena saya tidak pernah merasa mengirimkan CV atau surat lamaran dalam bentuk apapun. Alhamdulillah, ini semuanya terjadi pastilah karena kebesaran Allah.

Sayapun masih melakukan sedekah rutin per bulan, yakni 10 persen dari gaji yang saya peroleh. Alhamdulillah rezeki semakin bertambah. Namun, saya pernah mengalami teguran dari Allah karena ulah saya sendiri.

Saat itu iman sedangturun. Rasanya keyakinan akan kebesaran Allah semakin berkurang. Saya terbua ihawa nafsu karena banyak cita-cita dan target yang harus dicapai. Saya hentikan komitmen untuk bersedekah setiap bulannya. Dan kejadian demi kejadian aneh terus menimpa saya.

Ketika itu saya sedang tugas audit keluar kota. Kulit muka saya tiba-tiba memerah seperti terbakar dan rasanya panas. Begitu pun dengan kulit tangan. Awalnya gatal-gatal dan mengelupas seperti terbakar.

Saya lalu bermuhasabah diri dari kejadian yang saya alami selama tugas audit tersebut. Padahal sebelumnya selama melakukan tugas audit keluar kota, saya belum pernah mengalami peristiwa aneh seperti itu.

Hati kecil saya terus berbisik, ini pasti teguran dari Allah karena menyepelekan kebesaran Allah. Lupa terhadapkarunia Allah yang selama ini saya dapatkan melalui sedekah. Saya pun menangis dan menyesali kekufuran terhadap sang Mahapencipta kehidupan, Allah SWT. Sayasegerabertobat dan berkomitmen kembali untuk membersihkan sebagian harta dengan bersedekah.

Alhamdulillah, penyakit saya menghilang. Kulit saya kembali seperti semula, dan hati jauh lebih tenang. Keinginan dan mimpi-mimpi saya pun satu per satu sudah tercapai. Mahabesar Allah, sungguh dengan bersedekah tidak akan menjadikan hidup kita miskin. (Fitri Rahmawati)