Kekuatan Sedekah

Dalam riwayat at-Tirmidzi dan lainnya, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda;

Sesungguhnya shadaqah benar-benar memadamkan kemurkaan Allah dan menghindarkan dari kematian buruk.” (Hasan li Ghairihi)

Beberapa waktu lalu, saya pernah menulis tentang kisah yang saya alami di Palu. Ada bagian yang saya ceritakan terkait sedekah yang saya berikan kepada seorang nenek tua di pintu keluar sebuah minimarket. Pengalaman itu begitu membekas. Demi Allah, saya disadarkan tentang keutamaan sedekah.

Saya meyakini bahwa sedekah yang saya berikan adalah wasilah yang menyelamatkan saya dari bencana dan kematian yang buruk. Allah SWT menurunkan pertolongan dan kebesaran-Nya kepada saya sehingga saya selamat, tanpa luka sedikit pun. Hanya laptop dan satu kaos kesayangan yang hilang. Sementara, atas bantuan Basarnas, rekan di Polda Sulteng, dan manajemen Hotel Mercure, barang-barang yang saya bawa ke Palu telah kembali.

Sepulang dari Palu, saya berkonsultasi kepada psikiater karena sepekan kembalinya saya dari Kota Palu, saya mengalami Post Traumatic Syndrome. Selama sepekan, di dalam benak saya terbayang terus wajah seorang Ibu yang terhimpit Chiller di dapur hotel dan tak bisa saya selamatkan. Terbayang air mata yang menetes di matanya ketika saya berlari meninggalkannya karena saat itu terjadi gempa susulan dan saya diperintahkan satpam untuk segera keluar dari gedung hotel yang sudah ambruk. Alhamdulilah, menurut diagnosa dokter saya berhasil mengatasinya dan bisa berdamai dengan tragedi dahsyat itu.

Beberapa hari terakhir, saya merenung tentang kekuatan sedekah. Sesungguhnya, hal yang utama bukan persoalan sedekah yang dapat menyelamatkan kita dari bala bencana dan kematian yang buruk. Terbebas dari bencana dan kematian, itu hanya hadiah. Makna sedekah yang sesungguhnya adalah bentuk pengabdian kita kepada Allah. Wujud ketaatan kita sebagai hamba Allah yang secara transedental kita yakini Allah sebagai Maha Segalanya.

Sedekah bukanlah pertolongan kita terhadap Allah karena Allah tidak butuh pertolongan kita. Sedekah dalam konteks relasi habluminannas adalah realisasi ketaatan kita untuk menegakkan nilai-nilai kemanusiaan dan mewujudkan rasa welas asih kepada sesama karena hal itu merupakan salah satu ciri utama seorang muslim.

 

Di Palu saya merasakan betapa uang yang saya miliki tidak berlaku. Makanan tak bisa saya beli, air minum tak bisa saya beli, rokok tak bisa saya beli, sabun tak bisa saya beli, dan uang pun tak bisa saya gunakan untuk membayar ongkos keluar dari Kota Palu yang sudah mati pada saat itu.

Ungkapan uang adalah segalanya ternyata bullshit bagi saya! Karena dengan uang yang saya miliki ternyata saya tidak bisa membeli dan mewujudkan segala keinginan! Hal yang saya rasakan waktu itu adalah kebaikan orang lain yang bahkan tidak saya kenal sebelumnya. Tanpa kebaikan mereka, tak mungkin saya dapat keluar dari Kota Palu dalam waktu yang relatif cepat. Padahal, mereka baru saya kenal dalam hitungan jam. Ternyata, bukan uang yang menyalamatkan saya, tetapi Allah lah yang memberi pertolongan melalui kebaikan orang sehingga mereka tergerak untuk membantu dan menyelamatkan saya.

Maknanya, untuk apa kita menimbun harta (baca: uang) karena pada faktanya uang menjadi tak berarti apa-apa. Justru sedekah (kebaikan) yang akan menjadi wasilah dan jalan turunnya pertolongan Allah.

Sahabat, bersedekahlah. Mari saling mengingatkan. Mudah-mudahan sahabat tidak merasakan pengalaman saat uang menjadi tidak laku dan tak bisa menolong kita. Yakinlah sedekah tidak akan mengurangi uang kita dan tak akan mengurangi kecukupan kebutuhan kita. Justru dengan sedekah, kekayaan kita akan bertambah melalui pertolongan orang yang tidak disangka-sangka.

Oleh : Andika Dutha Bachari Dosen Universitas Pendidikan Indonesia, sumber foto : Daarut Tauhiid Berdaya