Gaul Sehat Bebas Maksiat

Trend ‘gaul sakit’ remaja tidak bisa dilepaskan dari media yang mempopulerkan budaya Barat. Berbagai tayangan di televisi seakan mengatakan bahwa dunia pacaran tidak kalah pentingnya untuk dibahas atau menjadi bahan perbincangan.

Tayangan yang mengandung unsur pornografi makin digenjot para produser televisi. Goyang erotis para penyanyi dangdut, info seksual dalam Bantal, Kelambu, Angin malam, atau Desah diputar dengan vulgar. Selain itu, VCD porno, buku stensilan, dan internet yang menjadi pemasok info remaja seputar seks dengan bebas beredar di pasaran.

Penelitian yang dilakukan Pusat Studi Hukum Universitas Islam Indonesia (PSH UII) pernah mengungkapkan, dari 202 responden remaja (15-25 tahun), sekitar 15% nya mengaku pernah melakukan hubungan seks. Mereka mengaku sebelumnya terpengaruh oleh tayangan pornografi baik melalui internet, VCD, tv atau bacaan porno.

Jadi, untuk urusan seks, ternyata banyak remaja yang berkiblat ke budaya Barat. Hasilnya, mereka pun terseret arus prinsip permissiveness with affection, yaitu asal ada perasaan saling suka, seks menjadi sesuatu yang benar untuk dilakukan. Na’udzubillâhi min dzalik!

Selain faktor media, pribadi remaja yang gaul bebas pun patut diperhatikan. Tidak sedikit yang tidak mau ambil pusing memikirkan pergaulan mereka. Apalagi jika sudah bawa-bawa nilai-nilai agama (Islam). Mereka merasa alergi kalau harus berada di tempat pengajian. Karena dalam benak mereka yang terpikir, ikut pengajian hanaya membuat bosan plus memasung gaya hidup remaja yang gaul van trendi.

Rasa malas memperdalam Islam membuat pertahanan akidah remaja muslim mudah goyah. Gencarnya tayangan sinema remaja yang menjajakan pergaulan bebas, mempreteli identitas keislaman sebagian dari kita. Sejak usia dini, remaja dipancing untuk mencicipi ‘racun’ dalam gaul bebas. Apalagi masyarakat termasuk di dalamnya keluarga berdiam diri melihat putra-putrinya terlena dalam arena pergaulan bebas tanpa batas yang makin beringas. Walhasil, memang hanya ikut pengajian yang bisa menjaga plus menetralisir dampak buruk budaya Barat yang sedang membidik remaja muslim. Dor!

Gaul Sehat, Pakai Syariat

Kalau kita merasa pergaulan sudah tidak sehat, jangan repot-repot mencari puskesmas untuk berobat. Apalagi mencari klinik yang buka 24 jam, dokter spesialis, atau posyandu biar gratisan. Untuk berobat plus peroleh vaksinasi untuk pergaulan kita, cukup ayunkan langkah ke tempat-tempat pengajian. Mudah kan?

Di tempat pengajian kita akan memperoleh wawasan bagaimana Islam mengatur pergaulan manusia. Secara prinsip, kehidupan Islam memang memisahkan antara laki-laki dan perempuan agar tidak sama gaulnya hewan yang bebas tanpa aturan. Tapi, Islam juga memperbolehkan adanya hubungan antar lawan jenis jika hal itu mengharuskan keduanya untuk berinteraksi. Seperti dalam aktivitas jual beli, perburuhan, kedokteran, paramedis, pertanian, industri, dan sejenisnya.

Untuk urusan gaul bebas remaja, dari awal Islam sudah mengatur agar tidak kebablasan. Di antaranya larangan untuk berkhalwat alias berdua-duaan dengan lawan jenis. Seperti orang pacaran, bawaannya ingin berduaan. Padahal setan tidakpernah absen menggoda orang yang lagi berkhalwat. Makanya tidak salah jika aktivitas pacaran itu merupakan pintu menuju zina.

Islam juga memerintahkan kepada muslim dan muslimah untuk menundukkan pandangannya. Supaya bisa menjaga mata dan hati kita dari bisikan setan. Kewajiban muslimah untuk menutup aurat secara sempurna di tempat umum akan menjaga kecsucian mereka. Plus tidak akan memancing desir adrenalin dari lawan jenisnya.

Nah, buat kita yang sudah tidak tahan menahan nafsu dan takut terjerumus zina, segeralah menikah. Seperti sabda Rasulullah saw, “Wahai para pemuda, barang siapa di antara kamu memiliki kemampuan untuk menikah, maka nikahlah, sebab nikah itu dapat menundukkan pandangan dan memelihara kemaluan; tetapi barang siapa belum mampu, maka hendaknya ia berpuasa, sebab puasa itu baginya merupakan pelindung.” (HR. Bukhari).

Jika dirasa belum memiliki kemampuan untuk menikah, maka isilah hari-hari dengan belajar, terutama memperdalam Islam. Apalagi dengan belajar dan fokus kepada kegiatan lain, kita jadi terpalingkan dari pikiran yang menjurus ke hal-hal negatif. Belajar juga bisa membuat kita punya benteng dalam menghadapi gempuran budaya Barat.

Selain itu, jangan juga melupakan kewajiban kita belajar di sekolah atau mengasah keterampilan untuk bekal kerja. Sekaligus dengan segera menyehatkan pergaulan kita memakai aturan Islam agar sehat dan tidak terkontaminasi maksiat. Jadi, kalau kita suka sama lawan jenis tidak berarti harus gaul bebas kan? (daaruttauhiid)