Belajar Arti Rasa Syukur

Di balik kita merasa banyak kekurangan, banyak kesulitan dalam kehidupan kita. Sebetulnya pemberian nikmat Allah lebih melimpah setiap saat dibandingkan kesulitan dan kekurangan yang kita dapatkan. Hanya saja sayangnya kita jarang menyadari bahwa nikmat Allah lebih sering dan banyak kita nikmati. Penyebabnya adalah karena kita seringkali lebih fokus hanya kepada ketidakcocokan sesuatu dengan keinginan yang kita miliki, sesuatu yang belum ada, dan harapan-harapan yang tidak sesuai dengan kenyataan. Sehingga kita akan cenderung tidak bahagia dalam menjalani kehidupan, atau lebih tepatnya menjadi tidak bersyukur.

Sesungguhnya Allah maha pemberi, tetapi yang perlu diperhatikan adalah pemberian dari Allah yang sampai kepada kita belum tentu menjadi kebaikan. Ada kenikmatan selanjutnya yang lebih besar dari kenikmatan dunia yang kita dapatkan, yaitu nikmat syukur. Nikmat syukur menjadi pemberian yang dahsyat karena sekecil apapun hal yang kita nikmati dan rasakan, maka kita akan selalu kaitkan hal tersebut dengan pemberian dari Allah, dan dengan nikmat syukur maka kita akan selalu merasa cukup dengan apa yang kita dapatkan karena kita telah menyadari bahwa sekecil apapun yang kita dapatkan itu semua adalah pemberian dari Allah Ta’ala.

وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” (QS. Ibrahim: 7)

Maka kita tidak perlu iri terhadap orang lain yang memiliki harta, jabatan, dan yang lainnya lebih banyak dari kita, karena nikmat dunia yang orang lain miliki sudah pasti tidak ada apa-apanya dengan nikmat syukur yang kita jalani. Jadi yang lebih baik adalah ketika kita mendapatkan kenikmatan dunia sekecil apapun, maka bersyukurlah. Karena Allah telah berjanji kepada hambanya yang bersyukur dengan nikmat yang Allah berikan maka Allah akan tambahkan nikmat-nikmat lainnya.

Tolak ukur kebahagiaan seseorang bukanlah dari seberapa banyak ia mendapatkan kenikmatan dunia. Tetapi yang menjadi tolak ukur kebahagiaan adalah seberapa besar ia bersyukur kepada Allah terhadap nikmat yang ia dapatkan. Karena tanpa rasa syukur, sebesar apapun kenikmatan yang dimiliki oleh seseorang, jika ia tidak bersyukur maka ia tidak akan merasakan kebahagiaan. Rasa syukur juga merupakan bentuk penghambaan seorang hamba kepada Allah, karena ia sudah benar-benar yakin bahwa segala hal yang ia dapati baik itu yang buruk ataupun yang baik adalah dari Allah Ta’ala yang sesuai dengan kadar syukur kita.

وَلَقَدْ اٰتَيْنَا لُقْمٰنَ الْحِكْمَةَ اَنِ اشْكُرْ لِلّٰهِ ۗوَمَنْ يَّشْكُرْ فَاِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهٖۚ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ حَمِيْدٌ

Dan sungguh, telah Kami berikan hikmah kepada Lukman, yaitu,  ”Bersyukurlah kepada Allah! Dan barangsiapa bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa tidak bersyukur (kufur), maka sesungguhnya Allah Mahakaya, Maha Terpuji.”  (QS. Luqman: 12).