Ciri Pecinta Dunia

Pertama, seperti rata-rata orang yang jatuh cinta maka para pecinta dunia akan membicarakan terus-menerus tentang segala hal yang dicintainya itu. Mereka akan sangat gandrung untuk membicarakan hal yang dicintainya itu kepada orang lain. Topik pembicaraan dan arah aktivitas yang dilakukannya adalah untuk hal duniawi semata.

Manakala ada seseorang senang membicarakan hal-hal yang dicintainya dari pagi hingga pagi lagi, maka kemungkinan besar penyakit cinta itu telah menggerogoti hatinya. Segala yang memenuhi pikirannya juga tentang dunia. Apa yang ada dalam kepalanya tidak jauh dari seputar bagaimana meningkatkan harta, mendapatkan jabatan yang lebih tinggi, dan sanjungan yang lebih besar.

Kedua, pecinta dunia tidak pernah merasa tenang karena dunia telah mencuri hatinya. Perasaan tidak puas bercampur dengan perasaan was-was. Akhirnya hidupnya pun ikut berantakan. Meski dunia juga lekat dengan kehidupan Nabi Muhammad saw, namun hal itu tidak berhasil mencuri hati beliau. Saat Rasulullah memiliki baju yang bagus dan ada orang yang menyukainya maka beliau memberikannya dengan ikhlas. Beliau tidak merasa keberatan untuk memberikan apa saja dimiliki dan disukainya. Seperti saat beliau memiliki kuda yang sangat bagus. Lalu ada orang yang membutuhkannya, maka beliau pun akan memberikannya dengan hati yang ringan.

Ketiga, penyakit cinta dunia akan menimbulkan penyakit-penyakit lain yang menjadi ciri telah menjangkitnya penyakit cinta dunia ini. Seperti penyakit sombong, dengki, serakah, dan lain sebagainya. Seorang pecinta dunia tidak akan merasa puas. Dia tidak akan sanggup menyaksikan orang lain memiliki segala sesuatu melebihi dirinya. Akan senantiasa timbul rasa iri dengki di dalam hatinya.

Orang yang mencintai dunia tidak akan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mendapatkan kenikmatan atau keberhasilan. Dia menjadi orang yang serakah dan tidak mau berbagi dengan orang lain. Andaikan bisa maka dunia ini akan ia miliki dan tempati sendirian saja. Terutama jika sudah dijangkiti rasa serakah. Orang yang serakah akan merasakan stres karena memikirkan satu ekor domba yang dimiliki tetangganya. Padahal dia sudah punya 99 ekor domba di kandang belakang rumahnya. Hatinya menolak untuk tenang. Ia berpikir keras bagaimana agar satu ekor domba milik tetangganya bisa menjadi miliknya, sehingga menggenapi jumlah dombanya menjadi seratus ekor.

Tidak ada salahnya kita meniru tukang parkir yang memiliki rumus untuk tidak bersikap sombong dan tidak merasa takut kehilangan sesuatu. Berapa pun banyaknya kendaraan yang sedang diparkir, tidak membuat ia yang merasa memiliki kendaraan tersebut. Tukang parker tersebut sadar bahwa semuanya hanyalah titipan. Dia pun yakin bahwa kendaraan-kendaraan itu akan diambil kembali oleh para pemiliknya suatu saat nanti. Tukang parkir selalu merasa dan sadar diri bahwa dia hanya dititipi sementara. Ia tidak pernah merasa sombong, padahal di tempatnya ada banyak kendaraan mewah berderet misalnya. Saat pemiliknya mengambil kembali kendaraan itu pun, ia dengan lapang dada menyerahkannya.

Segala sesuatu di dunia yang diakui sebagai milik kita sebenarnya adalah milik Allah Ta’ala. Dia menitipkannya kepada kita sebagai cobaan dan ujian. Allah Ta’ala pasti akan mengambilnya kembali suatu saat nanti. Semua yang ada di langit dan di bumi mutlak milik Allah. Kita hanya diamanahi untuk mengurusnya.

Semoga dunia ini tidak menyilaukan mata kita, apalagi membuat kita jatuh cinta kepadanya. Mudah-mudahan Allah hanya menempatkan dunia ini dalam genggaman tangan kita saja. Jangan sampai Ia menaruh dunia ini dalam hati kita, sehingga apa yang kita lakukan untuk dunia hanya untuk diamanatkan dan dimanfaatkan di jalan-Nya. (KH. Abdullah Gymnastiar)