(Edisi Idul Adha) Sebab Tertolaknya Ibadah Qurban

Sebab Tertolaknya Ibadah Qurban.

Dalam melakukan ibadah, tentu ada sebab diterima atau ditolaknya sebuah amal. Apakah amal tersebut memenuhi kriteria atau syarat pada level pelaksanaan maupun niatnya. Begitu juga dengan ibadah qurban, berikut ada beberapa yang menjadi tertolaknya ibadah qurban seseorang:

Pertama, tidak beriman kepada Allah. Orang-orang yang tidak beriman kepada Allah Ta’ala, amalan-amalan yang dilakukan akan menjadi seperti abu yang ditiup angin dengan kencang. Orang-orang tidak dapat mengambil manfaat sedikit pun dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia). Seperti yang disampaikan Allah dalam Al-Qur’an:

مَثَلُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا بِرَبِّهِمْ اَعْمَالُهُمْ كَرَمَادِ ِۨاشْتَدَّتْ بِهِ الرِّيْحُ فِيْ يَوْمٍ عَاصِفٍۗ  لَا يَقْدِرُوْنَ مِمَّا كَسَبُوْا عَلٰى شَيْءٍ ۗذٰلِكَ هُوَ الضَّلٰلُ الْبَعِيْدُ

“Perumpamaan orang yang ingkar kepada Tuhannya, perbuatan mereka seperti abu yang ditiup oleh angin keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka tidak kuasa (mendatangkan manfaat) sama sekali dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia). Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh.” (QS. Ibrahim: 18).

Orang-orang kafir beramal meraka tidak didasarkan atas iman kepada Allah. Karena itu tidaklah mendapatkan balasan dari Tuhan di akhirat walaupun di dunia mereka banyak beramal baik dan mereka mengira akan mendapatkan balasan atas amalan mereka itu.

Kedua, riya. Lawan dari sifat ikhlas adalah riya. Riya ialah melakukan sesuatu amal perbuatan tidak untuk mencari keridhaan Allah. Akan tetapi, perbuatan itu untuk mencari pujian atau kemasyhuran dari orang lain. Sifat riya tidak akan mendapat manfaat di dunia dari ibadah dan usahanya serta ia pun tidak akan mendapat pahala yang akan berguna di akhirat.

Riya termasuk syirik kecil karena selain ibadahnya bukan karena Allah, ia pun ingin mendapat pujian dan penilaian positif dari makhluk. Terlepas apakah makhluk itu memujinya atau bahkan mencelanya, ia tetap disebut orang yang riya.  Ikhlas dan riya adalah amal hati, dan tidak ada yang mengetahui hati seseorang selain Allah yang Maha tahu. Orang yang terlihat sedang melaksanakan shalat belum tentu shalatnya menjadi amal saleh yang diterima Allah, sekalipun bacaannya benar dan gerakannya sesuai sunnah jika dalam hatinya ada riya (tidak ikhlas). Sebagaimana dalam Firman Allah Ta’ala,

فَوَيۡلٌ۬ لِّلۡمُصَلِّينَ (٤) ٱلَّذِينَ هُمۡ عَن صَلَاتِہِمۡ سَاهُونَ (٥)

“Maka celakalah orang-orang yang shalat, yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya.” (QS. Al-Maun: 4 – 5)

Maka dengan qurban yang kita lakukan jangan sampai ada pikiran sekecil apapun untuk dipandang hebat atau mampu berqurban di hadapan orang lain. Karena kita hanya akan mendapatkan kesia-siaan, dengan harta yang kita keluarkan untuk berqurban yang seharusnya mendapat pahala yang melimpah dari Allah, justru kita malah mendapat dosa dari qurban yang kita lakukan, naudzubillahi min dzalik. Bagi yang sempat muncul sifat riya dalam diri kita ketika qurban yang lalu, maka segeralah beristigfar dan bertaubat kepada Allah agar Allah berkenan mengampuni dosa riya kita yang telah lalu, dan amal qurban kita diterima oleh Allah agar menjadi pahala bagi kita yang berqurban. Wallahu a’lam bishowab.

(Shabirin/Wahid)