Pengaruh Media Televisi pada Anak

Tak dapat dipungkiri, sejak lebih dari satu dekade terakhir ini, media elektronik khususnya televisi ramai menyemarakkan kehidupan kita. Sebagai media visual, televisi sangat efektif menyampaikan pesan kepada pemirsanya, tak peduli pada anak-anak maupun orang dewasa. Hal ini sedikit banyak, lambat laun akan mempengaruhi pola hidup atau cara pandang seseorang terhadap sesuatu, terutama sekali pada anak-anak dan remaja, karena mereka merupakan perekam dan peniru ulung lingkungannya, kadang malah tanpa proses seleksi dahulu.

Sayangnya, dari sekian banyak tayangan, apalagi sekarang banyak pilihan channel televisi, hanya sedikit tayangan yang benar-benar mendidik, sisanya hanya hiburan dan sarat pesan-pesan yang tidak baik, seperti ajakan hidup konsumtif, muatan seks, kekerasan, atau percaya takhayul, hal-hal berbau mistis, dan lain sebagainya yang jelas-jelas tidak sehat untuk perkembangan buah hati kita. Dalam hal ini, juga termasuk iklan yang membentuk opini bahwa dengan membeli sesuatu yang ditawarkan iklan, hidup kita akan lebih baik. Padahal belum tentu demikian, kita harus membuat pilihan terbaik, logis mana yang harus dibeli dan mana yang tidak perlu dibeli.

Dunia anak penuh rasa ingin tahu sehingga tayangan televisi yang penuh warna sangat menarik perhatian. Pada anak balita, mereka memang belum mengerti seutuhnya cerita yang disimaknya, namun mereka percaya sekali dengan apa yang dilihatnya. Semakin sering mereka melihat, mendengar sesuatu maka akan semakin mudah mereka menerima sesuatu itu, walau salah, sebagai sesuatu yang benar, yang boleh dilakukan. Bayangkan bila mereka yakin pada hal-hal yang tidak baik, misalnya bahwa kekerasan itu boleh dilakukan untuk menyelesaikan masalah, wah..na’uzubillah

Kadang, ada sebagian ibu-ibu yang bila sedang sibuk, enteng saja mendudukkan putranya didepan televisi, dengan harapan agar si anak tidak rewel sementara sang ibu mengerjakan kepentingannya. Sayang sekali, jika sedari kecil saja anak sudah dikenalkan dengan media televisi yang bebas, suatu saat apa yang dilihatnya akan berpengaruh pada pola pikir dan bisa jadi terciptalah persepsi keliru dalam memandang kehidupan. Hal ini harus betul-betul kita waspadai.

Selain itu, jika anak terlalu dominan berada didepan televisi, aktivitas fisiknya berkurang sehingga dapat mengakibatkan perkembangan fisik anak menjadi terhambat, akhirnya tubuh pun rentan terhadap penyakit. Padahal untuk anak-anak, aktivitas fisik seperti berlari, menari, melompat atau bermain diluar rumah sangat baik untuk tumbuh kembangnya. Efek lainnya adalah kurangnya sosialisasi anak pada lingkungan sekitar, teman sebaya misalnya karena sebagian waktunya dihabiskan didepan televisi, tentu hal ini tidak baik

Kriteria tayangan sehat
Adalah sebuah keharusan bagi orangtua dalam mendampingi buah hati saat menyimak tayangan teve, minimal orangtua dapat memilihkan tayangan yang akan ditonton serta mengawasi tayangan tersebut, terutama bagi anak usia dibawah 10 tahun.

Beberapa kriteria yang dapat kita jadikan acuan ketika menyeleksi tayangan televisi, antara lain pertama, tayangan harus aman dari muatan seks, kekerasan, kata-kata jorok, cacian, makian, hal-hal mistis, diskriminasi terhadap sesuatu, dan segala sesuatu yang belum layak, tidak baik ditonton anak. Kedua, tayangan tersebut harus mampu mengembangkan kecerdasan intelektualnya, membangun imajinatif terarah, dan merangsang kreativitas anak. Ketiga, mampu memupuk nilai-nilai ruhaniyah, keilahian, mengandung nilai kebajikan dan mengajarkan akhlak mulia.

Keempat, tayangan itu juga tetap menampilkan keceriaan khas anak, sehingga anak tidak jenuh atau kesal, namun tetap baik dinikmati sesuai usianya. Dan, alhamdulillah sekarang ini pun telah banyak tayangan alternatif yang bisa jadi pilihan keluarga diluar tayangan televisi, misalnya vcd anak islami atau nasyid yang menggugah nurani. Jadi tidak selalu hanya tayangan televisi saja yang bisa kita sajikan pada buah hati kita.

Mudah-mudahan orang-orang yang peduli dengan tayangan media untuk anak kian kreatif menciptakan tayangan sehat lagi menghibur bagi anak-anak kita, Insya Allah.

Langkah antisipatif yang dapat dilakukan oleh orangtua adalah pemilihan dan pendampingan saat anak menonton televisi. Setelah kita memilih tayangan sehat, jangan malas untuk menemani sambil menerangkan film atau iklan yang sedang disimak anak. Kalau memungkinkan ajaklah anak diskusi tentang apa yang sedang ditayangkan, misalnya dengan menebak akhir cerita, meminta pendapat anak, yang nantinya akan membuat anak tambah kritis dan tidak mudah percaya begitu saja dengan apa yang dilihatnya.

Selain untuk meminimalisir efek negatif tayangan televisi, upaya pendampingan juga akan bernilai lebih bagi hubungan orangtua dan anak, perhatian dan kasih sayang serta penghargaan atas haknya dirasakan oleh sang anak. Jika sudah begitu, Insya Allah upaya orangtua untuk mengarahkan dan membimbing anak kepada hal-hal positif akan lebih mudah.

Kita tidak perlu takut hidup ditengah era guyuran informasi, karena sesungguhnya ada hal-hal positif yang dapat kita petik, misalnya melalui televisi kita anyak menemukan hal-hal baru, ilmu baru, yang menakjubkan dan dapat membuat kita semakin bersyukur kepada Allah. Namun bersikap lebih waspada, tentu lebih bijak, yaitu dari pengaruh buruk tayangan yang tidak sehat pada keluarga, khususnya pada anak-anak kita. Peran penting orangtua, khususnya ibu sangat dominan dalam mengantisipasi dan meminimalisir serangan media ini. Insya Allah, dengan pendekatan persuasif disertai langkah-langkah bijak, kita dapat mengarahkan si kecil kepada hal-hal baik bagi masa depannya. Memang hal ini membutuhkan proses dan kesabaran, namun bukankah hal itu sunnatullah dalam setiap upaya menangkal perubahan zaman. Wallahu’alam bis showab. (Nurhayati)