Inilah Sejarah Pembangunan Ka’bah Secara 4 Tahap
DAARUTTAUHIID.ORG | Salah satu bangunan bersejarah dalam Islam dan memilki sakralitas yang begitu tinggi yaitu Ka’bah menjadi arah kiblat shalat umat Islam di seluruh dunia. Sejarah pembangunan Ka’bah sudah tentu menjadi hal penting bagi umat muslim.
Lantas bagaimana sejarah pembangunannya? Dalam buku The Greatest Stories of Al-Qur’an yang ditulis oleh Syekh Kamal As Sayyid ia menjelaskan bahwa Ka’bah dibangun oleh Nabi Ibrahim ‘alaihi salam dan Nabi Ismail ‘alaihi salam.
Keduanya membangun Ka’bah secara bertahap atau perlahan. Pembangunan tersebut didasari oleh perintah Allah Ta’ala, memerintahkan keduanya untuk membangun Ka’bah sebagai lambang cinta mereka kepada Allah. Nabi Ibrahim dan Ismail pun saling kerja sama membangun Ka’bah selama berbulan-bulan.
Dr. Said Ramadhan al-Buthy juga menulis dalam bukunya yang berjudul The Great Episodes of Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassalam ia menyampaikan bahwa para ulama sepakat bahwa Ka’bah telah mengalami pembangunan atau rehabilitasi sebanyak empat kali.
Pertama, pembangunan Ka’bah dilakukan oleh Nabi Ibrahim ‘alaihi wassalam dan Nabi Ismail ‘alaihi wassalam Hal ini sesuai dengan QS Al-Baqarah ayat 127 yang menyebut bahwa Nabi Ibrahim meninggikan fondasi Ka’bah.
Ketika itu Nabi Ibrahim meninggikan bangunan Ka’bah hingga 7 hasta, dengan panjang 30 hasta, dan lebar 22 hasta. Sementara itu, pendapat lain menyebutkan kalau tinggi Ka’bah yang sebenarnya adalah 9 hasta. Di masa itu, Ka’bah belum dilengkapi dengan atap.
Kedua, pembangunan Ka’bah dikerjakan Kaum Quraisy. Beberapa tahun sebelum Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam diangkat menjadi Nabi, banjir bandang menerjang Mekkah hingga menyebabkan sebagian dinding Ka’bah roboh.
Kaum Quraisy kemudian membangun kembali Ka’bah yang telah rusak. Nabi Muhammad yang saat itu diperkirakan berusia 35 tahun, turut serta dalam pembangunan Ka’bah, mengangkut batu di atas pundaknya dengan beralaskan selembar kain.
Saat pembangunan telah selesai, suku-suku berselisih untuk menentukan suku mana yang paling berhak untuk meletakkan Hajar Aswad ke tempat asalnya. Nabi Muhammad kemudian mengusulkan agar Hajar Aswad ditaruh di atas selembar kain.
Lalu perwakilan dari suku-suku yang berselisih itu masing-masing memegang ujung kain untuk kemudian mengarahkan batu hitam itu ke tempat semula. Pada akhirnya, semua orang sepakat dengan usulan Nabi Muhammad.
Pada pembangunan kedua ini, Ka’bah ditinggikan hingga 18 hasta, namun panjangnya dikurangi menjadi sekitar 6,5 hasta (dari sebelumnya 30 hasta).
Ketiga, pembangunan Ka’bah pada masa Khalifah Yazid bin Muawiyah. Pada akhir tahun 683 M, pasukan Yazid bin Muawiyah di bawah komando al-Hushain bin Numair as-Sakuni menyerbu Abdullah bin Zubair dan pengikutnya di Mekkah. Peperangan itu menyebabkan sebagian besar dinding Ka’bah roboh dan terbakar. Abdullah bin Zubair lalu meminta saran kepada yang lain, terkait dengan pembangunan Ka’bah.
Keempat, pembangunan Ka’bah dilakukan setelah Abdullah bin Zubari wafat. Setelah Abdullah bin Zubari terbunuh, al-Hajjaj melaporkan kepada Khalifah Dinasti Umayyah saat itu, Malik bin Marwan. Ia menyebut bahwa Ibnu Zubair telah mendirikan pondasi Ka’bah yang diperselisihkan oleh para pemuka Mekkah. (Arga)