Inilah Ungkapan Hati Santri PMK

Semangat para Santri Program Masa Keemasan (PMK) Daarut Tauhiid (DT) ini perlu diapresiasi. Mengapa? Karena di masa lanjut usia (lansia) seperti sekarang, mereka masih bersemangat dalam menuntut ilmu tauhid.

Banyak faktor yang mendorong para Santri PMK ini mantap menuntut ilmu di DT. Rizal (65), salah seorang Santri PMK asal Kota Balikpapan Kaltim, mengungkapkan, ia yang bekerja sebagai kontraktor migas ini direkomendasikan oleh anaknya yang telah terlebih dahulu mengikuti Program Santri Akhlak Plus Wirausaha (APW) tahun lalu.

“Sebelum saya ke sini, terlebih dahulu anak saya yang sudah menjadi Santri DT Program APW, merekomendasikan kepada saya bahwa ada program santri untuk para orangtua juga,” katanya pada Selasa (16/4).

Selain Rizal, Ahmad (62) pun megungkapkan alasannya menjadi Santri PMK. “Saya sudah lama tahu tentang Pesantren DT. Tapi untuk Program PMK, saya baru mengetahuinya dari internet,” ungkapnya.

Berbeda dengan Damly (66), lansia asal Sumatera Utara itu awalnya tidak ada keinginan belajar di DT, bahkan sempat menolak tawaran anaknya. “Saat anak saya mengajak untuk ke sini, saya tolak. Tapi setelah lama dibujuk, akhirnya saya mau juga, subhanallah setelah dijalani keinginan saya hanya ingin beriman dan bertakwa saja kepada Allah,” katanya.

Pendidikan di PMK selama 40 hari, baru ditempuh oleh mereka selama 16 hari. Banyak perubahan yang mereka rasakan, khususnya kebiasaan baru seperti salat tahajud, dhuha, dan amalan sunah lainnya. “Awal berada di sini saya menahan emosi, amarah, dan kebencian, dikarenakanan di luar kebiasaan saya, dan saya berperang dengan diri sendiri karena saya hidup jauh dari tauhid,” kata Damly.

Namun pada akhirnya, Damly pun menyadari, di DT lah ia menemukan yang selama ini ia cari. “Di sinilah saya menemukan semua yang selama ini hilang dalam diri ini. Bagaikan gelas putih yang kosong, lalu diisi sedikit demi sedikit ilmu, yang paling penting penting bisa membekas di hati ini,” jelasnya. (Toni Antonius)