Jangan Lupakan Doa

Doa adalah target. Hidup manusia akan terarah apabila dia memiliki target dalam hidupnya. Doa pada hakikatnya adalah tujuan dan keinginan atau target yang ingin kita raih. Saat kita mengucapkan doa sapu jagat misalnya, itulah target kita untuk selamat dunia dan selamat di akhirat. Saat kita berdoa untuk lunas utang, itulah target kita untuk bebas utang, untuk menjadi merdeka dalam finansial.

Tentu target tidak akan pernah tercapai apabila kita tidak mengusahakannya. Doa adalah pupuk sedangkan ikhtiar sebagai bibitnya. Tidak mungkin kita akan panen jika tidak segera menebar bibitnya. Jadi, doa yang baik adalah doa yang disertai dengan ikhtiar maksimal. Itulah iman dan amal saleh dalam Islam.

Doa juga adalah penyemangat. Pada saat seorang hamba berdoa, tentunya ia memiliki harapan, dan harapan akan melahirkan semangat. Suasana penuh semangat itu mahal harganya. Sebab semangat akan menentukan sukses tidaknya seseorang. Pertolongan Allah hanya akan mendatangi orang yang bersemangat dan bersungguh-sungguh. Bukankah saat kita bersungguh-sungguh kepada Allah, Dia pun akan lebih bersungguh-sungguh lagi kepada kita?

Doa pun adalah pengakuan ketidakberdayaan kita atau ketawakalan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dengan berdoa kita mengakui bahwa hanya Allah tempat bersandar, tempat mengadu dan meminta pertolongan. Tidak ada yang bisa memberi manfaat atau mudarat selain Allah. Tidak ada pula yang bisa memenuhi hajat selain Allah.

Dan ketahuilah saudaraku jika kita total dalam bertawakal kepada-Nya, niscaya Allah akan menjadikan kita sebagai hamba yang dicintai. Adakah derajat yang lebih hebat daripada menjadi kekasih Allah? Bahwa sesungguhnya Allah mencintai hamba-hamba yang bertawakal kepada-Nya. Apa yang akan didapat oleh seorang hamba ahli doa ketika Allah sudah mencintainya. Al-Quran menjanjikan:

وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗ ۗاِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ اَمْرِهٖ ۗ

قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا ﴿الطلاق : ۳

Artinya: Dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu.” (QS. At-Talaq [65]: 3).

Doa tentu merupakan perwujudan sikap berbaik sangka seorang hamba kepada penciptanya. Dan bahwa Allah sesuai dengan prasangka hamba-Nya. Itulah mengapa salah satu hal terpenting dari sebuah doa, yang menentukan ijabahnya ialah hadirnya kecintaan Allah kepada para pendoa. Maka tugas seorang hamba adalah bagaimana dia berdoa dengan doa terbaik, adab terbaik, waktu terbaik, dan dengan keyakinan terbaik bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan doanya.

Ada pun kapan dikabulkan, bagaimana pengabulannya, dan seperti apa bentuk pengabulan doa, itu sepenuhnya ada dalam kuasa Allah. Hal yang pasti bahwa Allah sudah berjanji akan mengabulkan doa hamba-hamba-Nya yang serius berdoa kepada-Nya. Terkecuali untuk beberapa kelompok orang yang memang tidak mau dikabulkan doanya. Seperti orang-orang yang berbuat syirik dan meminta kepada selain Allah, orang yang memakan harta haram, dan kepada doa-doa yang berisi keburukan. (KH. Abdullah Gymnastiar)