Jazirah Arab sebelum Kenabian (Bagian 2)

Pada mulanya mayoritas bangsa Arab mengikuti dakwah Nabi Ismail ‘Alaihissalam yaitu tatkala beliau menyeru kepada agama bapaknya, yakni Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam. Inti ajarannya yaitu menyembah Allah SWT, mengesakan-Nya dan memeluk agama-Nya. Waktu bergulir sekian lama hingga banyak di antara mereka yang melalaikan ajaran yang pernah disampaikan kepada Nabi Ismail. Meskipun demikian masih ada sisa-sisa tauhid dan beberapa syiar dari agama Ibrahim yang masih dilaksanakan.

Awal Penyembahan Berhala

Hingga muncullah seseorang yang bernama Amru ibn Luhay, seorang pemimpin Bani khuza’ah. Dia tumbuh sebagai orang yang dikenal suka berbuat kebajikan, dermawan dan gemar sedekah, serta peka terhadap urusan-urusan agama. Semua orang mencintainya dan hampir-hampir menganggapnya sebagai salah seorang ulama besar dan wali yang disegani.

Suatu saat dia mengadakan perjalanan ke Syam. Di sana dia melihat penduduk Syam yang menyembah berhala dan menganggap hal itu sebagai sesuatu yang baik serta benar. Sebab menurutnya Syam adalah tempat para rasul dan turunnya kitab-kitab. Karena itulah dia pulang sambil membawa berhala hubal dan meletakkannya di dalam Ka’bah. Setelah itu dia mengajak penduduk Mekah untuk membuat kesyirikan terhadap Allah Ta’ala. Orang-orang Hijaz pun pada akhirnya banyak yang mengikuti penduduk Mekah karena mereka dianggap sebagai pengawas Ka’bah dan penduduk Tanah Suci.

Berhala-berhala

Berhala mereka yang tertua adalah manat, yang ditempatkan di Musyallal, yakni tepi Laut Merah di dekat Qudaid. Kemudian mereka membuat lata di Tha’if dan Uzza di Wadi Nakhlah. Inilah tiga berhala yang paling besar. Setelah itu kemusyrikan semakin merebak dan berhala-berhala yang lebih kecil bertebaran di setiap tempat di Hijaz.

Dikisahkan bahwa Amru ibn Luhay mempunyai pembantu dari jenis jin. Jin ini memberitahukan kepadanya bahwa berhala-berhala kaum Nuh (Wad, Suwa’. Yaghuts, Ya’uq, dan Nasr) terpendam di Jeddah. Maka dia datang ke sana dan mengangkatnya, lalu membawanya ke Tihamah. Setelah tiba musim haji, dia menyerahkan berhala-berhala itu kepada berbagai kabilah.

Akhirnya berhala-berhala itu kembali ke tempat asalnya masing-masing. Dengan demikian di setiap kabilah dan di setiap rumah hampir bisa dipastikan terdapat berhala. Selain itu mereka memenuhi Masjid al-Haram dengan berbagai macam berhala dan patung. Ketika Rasulullah saw menaklukkan Mekah, di sekitar Ka’bah terdapat 360 berhala. Selanjutnya beliau memerintahkan agar berhala-berhala tersebut dikeluarkan dari masjid dan dibakar.

Begitu kisah kemusyrikan dan penyembahan terhadap berhala yang menjadi fenomena terbesar dari agama orang-orang jahiliyah yang menganggap dirinya berada pada agama Ibrahim. Mereka juga mempunyai beberapa tradisi dan upacara penyembahan berhala yang mayoritas diciptakan oleh Amru ibn Luhay. Orang-orang mengira apa yang diciptakan Amru itu merupakan sesuatu yang baru dan baik serta tidak mengubah agama Ibrahim.

Berhala sebagai Perantara

Di antara upacara penyembahan berhala yang mereka lakukan adalah mendatanginya sambil berkomat-kamit, meminta pertolongan ketika menghadapi kesulitan, serta berdoa dengan penuh keyakinan bahwa berhala-berhala itu bisa memberikan syafaat di sisi Allah Ta’ala dan mewujudkan apa yang mereka kehendaki. Bangsa Arab berbuat seperti itu terhadap berhala-berhalanya, disertai keyakinan bahwa hal itu bisa mendekatkan mereka kepada Allah dan menghubungkan mereka kepada-Nya. Juga bisa memberikan manfaat di sisi-nya sebagaimana yang dinyatakan dalam al-Quran:

اَلَا لِلّٰهِ الدِّيْنُ الْخَالِصُ ۗوَالَّذِيْنَ اتَّخَذُوْا مِنْ دُوْنِهٖٓ اَوْلِيَاۤءَ ۘ مَا نَعْبُدُهُمْ اِلَّا لِيُقَرِّبُوْنَآ اِلَى اللّٰهِ زُلْفٰى ۗ

اِنَّ اللّٰهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِيْ مَا هُمْ فِيْهِ يَخْتَلِفُوْنَ ە ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يَهْدِيْ مَنْ هُوَ كٰذِبٌ كَفَّارٌ ﴿الزمر : ۳

Artinya: “Ingatlah! Hanya milik Allah agama yang murni (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Dia (berkata), Kami tidak menyembah mereka melainkan (berharap) agar mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya. Sungguh, Allah akan memberi putusan di antara mereka tentang apa yang mereka perselisihkan. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada pendusta dan orang yang sangat ingkar. (QS. az-Zumar [39]: 3).

وَيَعْبُدُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ وَيَقُوْلُوْنَ هٰٓؤُلَاۤءِ شُفَعَاۤؤُنَا عِنْدَ اللّٰهِ ۗ

قُلْ اَتُنَبِّـُٔوْنَ اللّٰهَ بِمَا لَا يَعْلَمُ فِى السَّمٰوٰتِ وَلَا فِى الْاَرْضِ ۗ سُبْحٰنَهٗ وَتَعٰلٰى عَمَّا يُشْرِكُوْنَ ﴿يونس : ۱۸

Artinya: “Dan mereka menyembah selain Allah, sesuatu yang tidak dapat mendatangkan bencana kepada mereka dan tidak (pula) memberi manfaat, dan mereka berkata, ‘Mereka itu adalah pemberi syafaat kami di hadapan Allah.’ Katakanlah, ‘Apakah kamu akan memberitahu kepada Allah sesuatu yang tidak diketahui-Nya apa yang di langit dan tidak (pula) yang di bumi?’ Mahasuci Allah dan Mahatinggi dari apa yang mereka persekutukan itu.” (QS. Yunus [10]: 18). (Gian)