Kepemimpinan dalam Pandangan Islam
DAARUTTAUHID.ORG | Kepemimpinan dalam Islam memiliki kedudukan yang penting untuk menciptakan kehidupan berbangsa dan bernegara yang kondusif. Kepemimpinan merupakan kemampuan seseorang dalam mempengaruhi seseorang atau kelompok lain untuk mencapai sebuah tujuan yang lebih baik.
Dari Ibnu Umar RadiyaAllahu anhu bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam bersabda yang artinya:
“Setiap dari kalian adalah pemimpin dan tiap tiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban.” (HR. Bukhari)
Dalam memahami sabda Rasulullah tersebut, sangat jelas bahwa setiap individu manusia adalah pemimpin, dan pada waktunya pasti setiap kepemimpinan itu akan dimintai pertanggungjawaban.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dari sebuah kepemimpinan, di antaranya adalah:
Pertama, seorang pemimpin harus mempunyai kesamaan antara ucapan dan perbuatannya, dan kesamaan antara nasihat dan kebijakan-kebijakan yang ditetapkan. Allah sangat tidak menyukai ciri pemimpin yang suka berbicara, akan tetapi tidak ada hasil dari apa yang diucapkannya.
Sebagaimana ditegaskan dalam Al-Quran sebagai berikut:
“Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS. As-Shaff: 61)
Kedua, Ia mampu menepati janji. Karakter kepemimpinan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin ialah punya komitmen menepati janji, sebagai wujud keimanan seorang pemimpin kepada Allah Ta’ala, sehingga dapat melahirkan kepercayaan dan penghormatan dari masyarakat.
Kepemimpinan dalam Islam harus mampu mencontoh kepemimpinan yang pernah ditampilkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam. Beliau mampu menunjukan dan menerapkan manajemen kepemimpinan yang paripurna. Beliau menerapkankan teori kepemimpinan berdasarkan nilai-nilai shiddiq, tabligh, amanah dan fathanah.
Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Quran yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (QS. Al-Anfal: 8)
Jika nilai amanah tidak diimplementasikan dalam proses kepemimpinan, maka akan menciptakan situasi buruk dalam tatanan kehidupan bermasyarakat dan bernegara, sehingga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam menekankan dalam sabdanya, yaitu:
“Tidak beriman orang yang tidak dapat menjaga amanah dan tidak beragama orang yang tidak menepati janji.” (HR. Ahmad)Oleh karenanya, bagi siapa saja di antara kaum muslimin yang mendapat amanah kepemimpinan dalam level apapun, maka harus memperkuat karakter dan komitmennya dalam mengabdikan diri untuk kemaslahatan orang banyak.(Arga)
Baca juga: Tantangan Kepemimpinan Abu Bakar