Kiat Menjaga Lisan Kita Dari Keburukan

Kiat Menjaga Lisan Kita Dari Keburukan

Hemat pangkal kaya. Yang kita hemat dalam hal ini, pertama bicara. Kita sudah lihat di media, orang-orang yang banyak bicara tetapi tidak dengan keimanan, maka bicaranya menjadi sumber masalah, mumpung pake masker, dibekem begini maka kurang bicara. Hemat, pelit, dan bicaralah kalau kita yakin yang kita katakan itu sesuatu yang benar, akurat, dan tidak ragu-ragu.

Jika kita merasa ragu-ragu maka diamlah, berita apa pun yang kita dengar dan kita ragukan sudah diam saja, dari pada perkataan kita sampai menjadi fitnah. Pokoknya harus yakin dulu, ini yang ingin diomongkan benar atau tidak, kalau tidak benar diam.

Kedua, manfaat. Pastikan perkataan kita ini manfaat atau tidak, meskipun beritanya benar tapi situasi tidak memberi manfaat maka lebih baik diam saja. Karena setiap perkataan itu ada tempatnya dan setiap tempat itu ada perkataan yang pas. Jadi berpikirlah apakah omongan ini bermanfaat atau tidak, bagi diri sendiri atau bagi orang lain.

Ketiga, pastikan ketika berita benar, manfaat, dan tidak melukai. Tidak apa-apa mikir agak lama, dari pada kita berbicara tidak benar, tidak memberi manfaat, dan melukai orang lain. Jadi pastikan ketika berbicara tenang, tidak grasak-grusuk, dan jangan dengan nada yang terlalu tinggi. Ketenangan itu akan memudahkan kita memilih kata-kata terbaik, tenang jangan emosional, jangan sedang marah, lebih baik tenangkan dulu.

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam hampir semua perkataanya dipenuhi dengan ketenangan, meskipun ada saat-saat tertentu beliau menggebu, seperti saat berkhutbah atau memimpin peperangan. Beliau juga pernah marah tetapi tidak marah emosional seperti kita, beliau marah dengan niat yang tepat dan kata-kata yang tepat, dan suasana yang tepat, sehingga semuanya menghasilkan manfaat.

Jika kita ingin memperbaiki hati maka perbaiki kata-kata, ingin memiliki akhlak yang baik perbaik kata-kata, karena akan berpengaruh sekali pemilihan kata-kata terhadap perubahan akhlak, karena orang-orang yang berakhlak jelek adalah karena kata-katanya juga jelek. Jadi saling menguatkan kata baik dan akhlak juga baik hingga sampai pada puncak kebaikan. Marilah meneladani baginda Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam dimana bicara beliau sangat terpelihara. Wallahu a’lam bishowab.

(KH. Abdullah Gymnastiar)