Kunci Akrab dalam Bergaul

Mudah akrab dengan orang lain berarti kehadiran kita mudah untuk diterima oleh orang disekitar kita. Kemudian tidak sulitnya kita untuk menjalin komunikasi dengan orang-orang baru. Setiap orang pasti ingin untuk mudah bersosial dan akrab dengan orang lain. Lalu bagaimana caranya agar hadirnya kita di tengah orang lain mampu untuk diterima mereka?

Mampu Memberikan Rasa Aman

Manusia siapapun dia pasti tidak menginginkan adanya ancaman bagi dirinya dan akan mengharapkan selalu berada dalam kondisi aman dalam hidupnya. Orang yang mampu memberi rasa aman kepada orang lain maka dia akan mudah untuk diterima oleh orang lain, karena dengan kehadirannya maka orang lain akan merasa segala ancaman akan lebih sedikit kemungkinan datangnya.

Contoh sederhananya misalkan seekor kuda, mayoritas orang tidak akan mau berdekatan dengan kuda yang sangat agresif, mudah mengamuk, suka menendang, karena orang merasa jika berada didekatnya akan tidak aman, tidak hanya takut terluka orang-orang sekitar tetapi bisa saja kuda tersebut membuat nyawa orang melayang. Tetapi berbeda dengan kuda yang tenang, tidak panik dan agresif jika melihat manusia, ketika didekati pun tidak melawan.

Maka orang akan mau untuk dengan kuda tersebut karena aman. Begitu pun dengan manusia, orang lain mau untuk dekat dengannya jika dia adalah orang yang aman dan bisa memberikan rasa aman, baik aman dari segi perilaku atau perkataan kepada orang lain maupun aman status orang tersebut, bukan orang yang akan mendatangkan ancaman bagi orang lain. 

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رضى الله عنهما عَنِ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم – قَالَ الْمُسْلِمُ مَنْ سَلَمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ وَالْمُهَاجِرُ مِنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ

“Dari Abdullah bin ‘Amru. Nabi Muhammad SAW bersabda,  “Seorang muslim yang utama adalah orang yang selamat dari lisan dan tangannya, dan seorang Muhajir adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah.” (Shahih Bukhari).

Jadi jika kita ingin menjadi orang yang mudah diterima oleh orang lain maka seharusnya dengan lisan kita mampu membuat orang lain merasa nyaman, dengan bahasa dan intonasi yang kita keluarkan tidak membuat orang lain mudah tersinggung. Kemudian dengan tangan atau perilaku kita, bagaimana caranya setiap hal yang kita lakukan tidak membuat orang lain terancam atau tidak nyaman, tetapi harusnya dengan perilaku kita bisa membuat orang lain merasa nyaman dan tidak terganggu jika berada di dekat kita. 

Jika kita merasa sulit untuk menjaga lisan dan perilaku kita dari perbuatan yang merugikan orang lain maka lebih baik kita diam, tidak berkata dan tidak melakukan sesuatu kepada orang lain, karena khawatir orang lain akan menerima atau menolak ucapan dan perilaku kita. Sesuai dengan perintah rasul,

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُت

“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam.” (Muttafaq ‘alaih: Al-Bukhari, no. 6018; Muslim, no.47)

Orang yang baik adalah orang yang diharapkan kebaikan darinya dan dirindukan kehadirannya, karena orang yang bisa menghadirkan kebaikan untuk orang disekitarnya akan dirindukan kebaikannya. Berbeda dengan orang yang buruk,  ia tidak akan diharapkan kehadiranya oleh orang lain karena tidak ada kebaikan dan dikhawatirkan keburukannya berimbas terhadap orang. (Wahid)