Lembaga Strategis DT Panen Brokoli dan Selada

Brokoli dan selada adalah komoditi yang digemari dari kalangan bawah sampai atas. Pangsa pasar hampir merata karena bisa masuk ke berbagai segmen pasar umum, hotel, resto, cafe, dan lain-lain. Peluang ini dinilai bermanfaat sehingga dimaksimalkan sebagai Agro Usaha Produktif Lembaga Strategis (Lemstra) Daarut Tauhiid (DT).

Pada Sabtu (13/2) bertempat di Kawasan Wakaf Terpadu Eco Pesantren 2 berlangsung panen brokoli dan selada. Panen ini disaksikan oleh Pendiri Pondok Pesantren DT KH. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym).

“Alhamdulillah hari ini kita panen. Nantinya jika ada yang berminat bisa langsung ke sini saja. Semoga panen ini bermanfaat bagi petani dan sarana bersyukur kepada Allah,” ujar Aa Gym.

Ungkapan syukur diamini Zaenal, Kepala Bagian Agro Bisnis. Menurutnya, harga pasaran brokoli dan selada cukup menguntungkan. Apalagi harga melalui kebun saat ini untuk brokoli cukup tinggi, yakni per kg Rp.10.000. Ada pun harga selada relatif sedikit lebih rendah, yakni per kg Rp.5.000.

“Alhamdulillah hasil panen brokoli bagus secara kualitasnya. Meski yang terkena hama (ulat) sedikit. Begitu juga dengan panen selada bagus kualitasnya. Meski ada yang terkena hama (embun jelaga), namun kita patut syukuri,” kata Zaenal.

Kendala lainnya, menurut Zaenal yakni cuaca yang menjadi penghambat dalam panen kali ini. Namun hal itu bisa dikendalikan.

“Kesulitan dalam panen saat ini adanya faktor cuaca yang memasuki musim hujan, sehingga ketika waktu panen dan pascapanen harus menyesuaikan. Namun kualitas sayuran tetap bagus ketika sampai pada konsumen,” ujarnya

Sabagai bentuk memberikan pelayanan terbaik, Zaenal mengatakan bagaimana brokoli dan selada sampai ke tangan konsumen masih dalam keadaan segar.

“Untuk pengemasan brokoli dan selada kedap udara dengan dibungkus plastik panen. Selada diberi lubang sirkulasi udara agar selada tidak melepuh ketika sampai di pasar,” ujarnya.

“Harapannya dengan panen brokoli dan selada semi organik ini, bisa meningkatkan kualitas sayuran yang dikonsumsi masyarakat luas. Meningkatkan pendapatan petani penggarap dan bisa memakmurkan lahan wakaf menjadi lebih produktif,” lanjutnya. (Eko/Ai)