Menjadi Santri Virtual Melalui Program Pesantren Muslimah Virtual ke-2

Menjadi Santri Virtual Melalui Program Pesantren Muslimah Virtual ke-2

Jakarta – Jika kita dilahirkan dari orang tua Muslim, Haruskah kita bersyahadat lagi setelah baligh? Hal ini menjadi salah satu bahasan dalam materi perdana program Pesantren Muslimah Virtual. Program yang diadakan oleh Masjid Daarut Tauhiid Jakarta ini dibuka kembali sesi ke-2 di bulan September 2021.

Mengangkat tema “Pribadi Sholehah, Penghuni Jannah”, program yang dikhususkan untuk para muslimah ini memiliki tiga pokok bahasan utama. Diantaranya makna syahadat, shalat khusyuk bagi muslimah, dan manajemen qolbu.

Tiga pokok bahasan tersebut sejalan dengan yang disampaikan oleh Dadang Sukandar selaku kepala DKM Masjid Daarut Tauhiid Jakarta dalam pembukaan program (6/9) lalu.

Dadang menyampaikan, “Tujuan diadakannya Pesantren Muslimah Virtual ini adalah untuk membentuk pribadi muslimah dengan aqidah yang kuat, kemudian benar dalam beribadah, dan qolbun salim (hati yang bersih) dengan ikhtiar menjaga hati”.

Sebagai materi pembuka dalam pertemuan perdana, peserta disuguhkan dengan materi tentang “Makna Kalimat Syahadat” yang dibawakan oleh Ummu Yusuf. Materi ini disampaikan untuk menguatkan kembali aqidah para peserta karena syahadat merupakan rukun Islam yang pertama dan menjadi pintu gerbang keimanan.

Dilanjutkan dengan pertemuan kedua oleh Erika Suryani Dewi, LC. pada Rabu (8/9) yang mengangkat tema “Dirikanlah Sholat”. Selama ini para muslim menganggap sholat hanya sebagai rutinitas ibadah saja, bahkan ada yang mengabaikan akan kewajiban umat muslim tersebut.

Dalam materinya, Erika menyadarkan kembali betapa pentingnya mendirikan sholat, tidak hanya sekedar melaksanakannya namun juga memelihara kualitas sholat. Beliau juga menjelaskan akan ancaman-ancaman Allah bagi mereka yang lalai dalam sholatnya.

Program Pesantren Muslimah Virtual ini akan dilaksanakan sampai dengan tanggal 1 Oktober 2021 mendatang dengan total 12x pertemuan. Selain materi, para peserta juga mendapat pendampingan dari fasilitator selama program berlangsung untuk memonitor ibadah harian dan juga memperdalam pemahaman yang didapat dari materi.

Berharap dari program ini dilahirkan pribadi-pribadi yang tidak hanya bertambah ilmu namun juga berakhlak baik sebagai wujud pengamalan ilmu yang didapat. (Iyiz)

 

Red: WIN