Segera, Pesantren DT Bentuk Persaudaraan Alumni Santri Program

Segera, Pesantren DT Bentuk Persaudaraan Alumni Santri Program

Pesantren Daarut Tauhiid (DT) berencana membentuk wadah alumni bernama ‘Persaudaraan Alumni Program Pesantren Daarut Tauhiid’. Tujuannya, selain menjaga silaturahim antara lembaga dan alumni santri program, keberadaan alumni dalam satu perkumpulan dianggap penting bagi lembaga pesantren. Pesantren DT Bentuk Persaudaraan Alumni.

Untuk itu, lembaga Pesantren DT mengadakan rapat koordinasi terkait hal tersebut, Kamis (4/3). Rapat dipimpin oleh Wakil Kepala Harian Pesantren DT Dadan Junaedi dan dihadiri perwakilan pimpinan dari unit-unit di pesantren. Karena masih pandemi, rapat dilaksanakan secara daring.

Berawal dari banyaknya database alumni santri program, Dadan Junaedi memiliki gagasan membentuk persaudaraan alumni ini sebagai wadah silaturahim dan kegiatan-kegiatan kajian alumni. Apalagi menurut Dadan, alumni merupakan aset penting dalam sebuah lembaga seperti pesantren.

“Pesantren memiliki aset yaitu alumni. Di beberapa pesantren ada ikatan alumni yang bisa dijadikan mitra strategis dalam mengelola lembaga. Nah, sudah sejauh mana alumni program Pesantren Daarut Tauhiid dikelola?

Ketika alumni dijaga dan dikelola, nantinya akan ada rasa loyalitas sehingga berperan positif untuk lembaga dalam memperluas dakwah dan sosialisasi program,” kata Dadan.

“Harus dibentuk sistem maintenance atau pengelolaan alumni program secara lembaga (pesantren). Salah satunya ada sebuah wadah ‘Persaudaraan Alumni Program Pesantren Daarut Tauhiid’ oleh lembaga,” lanjut Dadan.

Gagasan dibentuknya wadah silaturahim alumni ini disambut baik oleh peserta yang hadir. Salah satunya dari Dadang Subagja selaku Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) DT Pusat. Dadang mengapresiasi rencana tersebut sekaligus memberikan evaluasi dari pembentukan grup alumni sebelumnya.

“Menyambut baik rencana pembentukan persaudaraan alumni ini. Sebelumnya sudah ada rencana dari semenjak adanya Daarut Tarbiyah. Hanya saja yang baru terbentuk adalah Alumni PMK (Samasa) dan Keluarga Besar Program Pesantren Mahasiswa (KBPPM). Jumlah peserta masih sedikit karena peserta cenderung diramaikan oleh angkatan terakhir yang masih aktif,” kata Dadang.

“Evaluasi terbesar adalah dari lembaganya sendiri, belum fokus mengelola alumni. Selain ada pengelola yang fokus, juga harus ada kurikulumnya (konten kreator). Belajar dari pengalaman sebelumnya,’ tambahnya.

Supaya program ini berjalan dan terkelola dengan baik, maka dalam waktu dekat akan dibahas terlebih dahulu pola maintenance dan kurikulum di internal lembaga pesantren. (Adam)